Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Vaksinasi terhadap Kesediaan Vaksinasi Booster COVID-19 pada Radiografer di Wilayah Jember
Abstract
Tenaga kesehatan merupakan garda terdepan yang sangat berisiko tertular
atau terinfeksi COVID-19 selama bertugas di berbagai fasilitas pelayanan
kesehatan. Data menunjukkan bahwa per tanggal 9 Mei 2023 tercatat 2.473 tenaga
kesehatan meninggal akibat COVID-19 (Kemenkes RI, 2021). Tercatat, 548
tenaga kesehatan di Jember terpapar COVID-19 dan dua diantaranya meninggal
dunia, termasuk radiografer (Dinkes Kabupaten Jember, 2021). Tingginya angka
ini mendorong pentingnya upaya preventif, yaitu vaksinasi booster. Vaksinasi
booster diperlukan terkait efektivitas vaksin primer dan kadar antibodi hanya
dapat bertahan dan memberikan perlindungan pada individu selama 12 hingga 20
minggu pasca pemberian vaksinasi primer dosis satu dan dua (Andrews et al.,
2022). Pelaksanaan vaksinasi termasuk dalam perilaku kesehatan. Domain
perilaku manusia meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan. Berdasarkan latar
belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait hubungan
antara tingkat pengetahuan tentang vaksinasi terhadap kesediaan vaksinasi booster
COVID-19 pada radiografer di wilayah Jember.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah survei analitik korelasional dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2022 –
Januari 2023 dan didapatkan 60 data hasil pengisian kuesioner berupa hard file
maupun soft file (spreadsheet google form). Setiap responden mengisi dua
kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, yaitu kuesioner bagian satu
tentang pengetahuan tentang vaksinasi dan kuesioner bagian dua tentang sikap
terkait kesediaan vaksinasi booster COVID-19. Analisis data dilakukan editing,
tabulating, coding, skoring, analisis univariate, uji normalitas, dan analisis
bivariate. Uji korelasi pada penelitian ini adalah Uji Rank Spearman (Spearman
Rho) menggunakan software IBM SPSS Statistics 25.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan radiografer di
Wilayah Jember tentang vaksinasi dikategorikan sebagai berikut: 28 responden
(46%) memiliki pengetahuan tentang vaksinasi dalam kategori baik, 16
responden (27%) dalam kategori sedang, dan 16 responden (27%) lainnya dalam
kategori kurang. Tingkat kesediaan vaksinasi booster COVID-19 pada radiografer
di Wilayah Jember dikategorikan sebagai berikut: 28 responden (47%)
mendapatkan hasil pengukuran sikap dalam kategori baik, 26 responden (43%)
dalam kategori sedang, dan 6 responden (10%) lainnya dalam kategori kurang.
Hasil uji korelasi Rank Spearman (Spearman Rho) menunjukkan nilai signifikansi
atau Sig. (2-tailed) sebesar 0,001 < 0,05, sehingga dapat diartikan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan. Angka koefisien korelasi didapatkan sebesar 0,43 yang
berarti tingkat kekuatan korelasi kategori sedang. Angka koefisien korelasi yang
bernilai positif (+).
Penelitian ini mengukur pengetahuan hingga pada tingkatan ketiga yaitu
aplikasi (application). Hasil pengukuran pengetahuan ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: pendidikan, informasi, hubungan sosial, pengalaman,
kesehatan, konsentrasi, bakat, dan minat. Penelitian ini mengukur sikap hingga
pada tingkatan kedua yaitu merespon (responding). Hasil pengukuran sikap ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: pengalaman pribadi, pengaruh orang
lain yang dianggap penting, kebudayaan, media masa, dan pendidikan. Hasil uji
korelasi bahwa terdapat korelasi antara pengetahuan dan sikap dengan arah
korelasi positif dengan kekuatan sedang juga sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa sikap seseorang akan terbentuk setelah memiliki pengetahuan
yang baik, dari informasi, melihat atau mengalami (Gerungan, 2002).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan terhadap kesediaan vaksinasi booster COVID-19 (sikap) pada
radiografer di Wilayah Jember. Kekuatan korelasi antar variabel pengetahuan dan
variabel sikap ini dikategorikan dalam korelasi sedang. Arah korelasi ini
dikategorikan dalam arah korelasi positif (+), yaitu semakin tinggi nilai variabel
pertama, maka semakin tinggi pula nilai variabel kedua.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]