Sebaran Sifat Fisik Tanah di Sub DAS Kemuning-Jember dan Implikasinya terhadap Batas Atterberg
Abstract
Pengukuran plastisitas tanah bertujuan untuk menentukan kondisi sifat tanah yang utama seperti batas cair dan batas plastis yang disebut dengan batas Atterberg. Batas Atterberg dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kadar klei, kadar air dan bahan organik. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan: a.) mengetahui hubungan tekstur tanah terhadap Batas Cair, Batas Plastis dan Indeks Plastisitas. b.) mengetahui hubungan C-Organik terhadap Batas Cair, Batas Plastis dan Indeks Plastisitas. c.) mengetahui mineral klei dominan yang terdapat dalam tanah. d.) mengetahui jenis mineral pasir dominan di wilayah Sub DAS Kemuning
Penelitian di lakukan pada bulan April – Desember 2021 di Sub DAS Kemuning Kabupaten Jember. Penelitian ini diawali dengan pembuatan peta, yaitu dengan cara mengoverlay peta jenis tanah, penggunaan lahan, kelerengan dan administrasi desa, sehingga menghasilkan peta satuan lahan dengan jumlah sampel sebanyak 35 sampel dan sebagai pewakil dari seluruh wilayah penelitian. Sampel tanah yang telah diambil kemudian dianalisis di laboratoium. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan korelasi dan regresi linier berganda.
Luas penggunaan lahan di Sub DAS Kemuning mencakup 1.845,2 ha, terdiri dari Desa Arjasa, Baratan, Darsono, Kamal, Kemuning Lor, Panduman, Patemon dan Sucopangepok dengan penggunaan lahan sawah, sawah tadah hujan, ladang dan perkebunan. Kelas tekstur di Sub DAS Kemuning meliputi Sandy Clay, Clay Loam, Loam, Sandy Clay Loam dan Clay 73,4% yang lebih dominan di daerah penelitian.
Nilai indeks plastisitas menunjukkan kriteria rendah hingga tinggi. Nilai indeks plastisitas dengan kriteria tinggi (20,8%) terdapat pada tanah dengan kelas tekstur klei, sedangkan kriteria rendah (9,3%) pada kelas tekstur lom. Peningkatan nilai indeks plastisitas dipengaruhi oleh fraksi klei. Analisis aktivitas klei di Sub DAS Kemuning menghasilkan mineral Smectite, Mica, Attlapulgite, Allophane, Halloysite, Calcite, Illite, dan tipe mineral Kaolinite dengan sifat klei nonaktif dominan di lokasi penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan kelas tekstur yang mendominasi adalah klei, lom berpasir dan lom dari luas wilayah total 1845,16 ha. Kelas tekstur clay lebih dominan dengan persentase luas 73,4% wilayah, terutama di desa Arjasa SPL 17A, 17B, 19, 21, 22A, 22B, 23A, dan 23C. Wilayah ini umumnya digunakan untuk pengelolaan sawah tadah hujan. Kelas tekstur Lom Berpasir menyebar di 10,5% wilayah, terutama di Desa Darsono SPL 26A, yang dimanfaatkan untuk lahan Tegal atau Ladang. Kelas tekstur Lom 7,1%, terutama di Desa Kemuning Lor pada SPL 10, digunakan untuk lahan Sawah.
Tingginya kadar klei tanah memiliki hubungan dengan Batas Cair dan Batas Plastis, tetapi tidak memiliki hubungan terhadap Indeks Plastisitas. Hasil penelitian juga menunjukkan C-Organik memiliki hubungan dengan nilai Batas Plastis dan Batas Cair, tetapi tidak memiliki hubungan Indeks Plastisitas.
Partikel Fine Sand dan Partikel Medium Sand menghasilkan 5 mineral, yaitu Oligoklas, Ortoklas, Andesine dan Albit yang paling dominan. Mineral albit akan menghasilkan mineral-mineral Sekunder seperti Kaolinite, Illite, dan Smectittes. Hasil penelitian aktivitas klei membuktikan bahwa mineral Kaolinite yang paling banyak tersebar di wilayah penelitian.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]