Identifikasi Petani dalam Berusahatani Buah Naga Bersertifikat di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi
Abstract
Identifikasi Petani dalam Berusahatani Buah Naga Bersertifikat di Desa
Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi; Wahyu Romadhon,
181510901007; Halaman; Program Studi Penyuluhan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
Kabupaten Banyuwangi merupakan sentra terbesar penghasil buah naga di
Provinsi Jawa Timur. Buah naga merupakan salah satu komoditas yang dapat
menunjang perekonomian masyarakat dan menunjang kebutuhan gizi. Gizi buah
naga yang terjamin didapatkan dari budidaya buah naga bersertifikat. Budidaya
buah naga bersertifikat merupakan suatu syarat untuk dapat memasarkan buah naga
secara global. Pemasaran buah naga diekspor ke berbagai negara diantaranya
China, Malaysia, Hongkong, Czech republic, Kuwait, Italy, Saudi arabia, United
arab emirates, France, Bahrain, Qatar, Russian federation (Karantiana Peranian,
2022). Identifikasi petani dalam berusahatani buah naga bersertifikat pada
kelompok tani Pucangsari di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu ini menarik
untuk diteliti karena berdasarkan pemasaran yang luas baik secara dalam negeri
maupun luar negeri, harga yang mahal dalam penjualan dan teknologi yang
mumpuni dapat mendongkrak perekonomian masyarakat Desa Jambewangi
khususnya petani buah naga bersertifikat. Berdasarkan hal tersebut peneliti akan
meneliti tentang: 1) identifikasi faktor sosial ekonomi usahatani buah naga
bersertifikat di Desa Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi, 2)
faktor pendorong dan penghambat usahatani buah naga bersertifikat di Desa
Jambewangi Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi.
Penelitian dilakukan di Desa Jambewangi dengan pertimbangan Desa
Jambewangi merupakan satu-satunya desa yang mampu menghasilkan buah naga
bersertifikat di Kabupaten Banyuwangi dengan kualitas sesuai SOP yang diberikan
dari LeSOS daerah Mojokerto dengan cara penerapan sistem pertanian GAP (Good
Agriculture Practices) dengan kata lain penerapan sistem budidaya buah naga pada
taham pembudidayaan yang dikelolah secara organik. Penelitian ini menggunkan
metode kualitatif. Metode yang digunakan dalam penentuan informan dalam
DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER
DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER
viii
penelitian ini menggunakan purposive sampling atau informan yang digunakan
dalam penelitian ini informan kunci yakni ketua kelompok tani Pucangsari dan
penentuan secara snowball sampling atau informan pendukung yang digunakan
dalam penelitian ini informan pendukung yakni anggota kelompok tani Pucangsari
yang di dapat berdasarkan arahan informan kunci atau ketua kelompok tani
Pucangsari. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis
menggunakan metode Miles dan Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat faktor internal dan eksternal
sosial ekonomi. Faktor internal meliputi: 1) pendidikan formal yang notabennya
petani buah naga bersertifikat pada tingkat yang rendah menjadikan petani lebih
memilih menjadi petani dibandingkan dengan melamar pekerjaan yang lebih tinggi
dalam memenuhi kebutuhan karena lebih menjanjikan petani, pendidikan non
formal petani bermanfaat dalam menambah skill petani dimana artian petani dapat
menguasai bidang secara ahli, keahlian tersebutlah yang digunakandalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, 2) umur menyatakan bahwasanya petani
semakin berumur, maka semkin bayak pekerjaan yang dilakukan yang menandakan
kebutuhan petani semakin banyak untuk keluarga 3) lahan usahatani dengan
keterangan status kemelikian lahan, jika milik sendiri maka petani akan lebih
berfikir bahwasanya lahan tersebut bisa di olah secara bebas sesuai keinginan petani
tanpa memikirkan batas waktu penanaman dan komoditas apa yang ingin ditanam,
luas lahan yang notabennya petani memiliki luas lahan yang dalam kategori sempit,
maka petani akan lebih berfikir cara mengembangkan secara maksimal lahan
tersebut denga keuntungan yang setinggi mungkin 4) lama berusahatani yang
menandakan petani pernah berusahatani kategori tahunan yang sudah sering
melihat potensi terhadap tanaman, maka petani akan lebih memilih suatu tanaman
yang dapat menghasilkan keuntungan tinggi. Faktor eksternal meliputi: 1) bantuan
pemerintah dalam bentuk fisik (pupuk organik cair, kultivator, pemangkas,
keranjang, traktor, kultifatur, hand sprayer dan cool-storage) dan non fisik
(pelatihan pembuatan pupuk organik padat dan pestisida nabati, sekolah lapang
GAP (Good Agriculture Practices), sekolah lapang GHP (Good Handling
DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER
DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER
ix
Practices) dan perkenalan ke market daerah luar lewat bazar, pembuatan saluran
irigas yang menjadikan petani lebih siap pada peralatan dan juga penguasaan skil
yang menjadikan petani lebih terdorong dalam melakukan kegiatan usahatani dan
ciri-ciri petani biasanya ingin ikut karena ada sesuatu yang ingin dicapai atau
didapatkan yakni bisa berasal dari bantuan pemerintah, 2) penyuluhan yang
memberikan edukasi, pelatihan serta pendampingan bagi petani buah naga organik
meliputi materi budidaya, pembuatan pupuk, pembuatan pestisida nabati,
pascapanen dan pemasaran hal tersebut didasarkan juga pada sejatinya petani butuh
akan adanya penyuluh karena penyuluh merupakan jembatan antara pemerintah
dengan petani baik berupa inovasi baru, penanggulan masalah dan juga bantuan
dalam berbagai hal baik secara barang ataupun non barang.
Faktor pendorong petani dalam usahatani buah naga bersertifikat meliputi:
1) biaya produksi minimal pada usahatani buah naga bersertifikat dalam artian jika
petani akan lebih memilih penggunaan bahan organik dalam kegiatan produksi
ketimbang yang instan yang notabennya mahal seperti sekarang ini, 2) kualitas
produk akan dijaga karena harapannya dengan kualitas yang bagus konsumen akan
membeli lagi buah naga yang dihasilkan atau produk yang dihasilkan akan dicari
karena jaminan mutu yang jelas pada buaha naga bersertifikat, 3) kuantitas dengan
keterangan jumlah pemetikan yang sama tapi beda harga yakni lebih mahal yang
organik maka petani akan lebih memilih usahatani buaha naga bersertifikat, 4)
harga buah naga bersertifikat yang dijual lebih mahal dibandingkan buah naga
konvensional yang menandkan petani mampu menghasilkan buah yang memiliki
mutu yang tinggi dengan target pemasaran adalah orang yang berorientasikan pada
kesehatan dan jaminan mutu yang berkualitas pada kalangan masyarakat, 5)
peluang pasar yang terbuka lebar pada pemasaran buah naga bersertifikat sehingga
petani lebih menyukai usahatani buah naga bersertifiat tersebut dengan keterangan
untuk skala lokal pemasaran lokal buah naga bersertifikat ini sendiri yakni di
Surabaya dan Malang dan Penjualan skala ekspor bisa dipasarkan pada negara
Timur Tengah, negara Eropa dan negara China, 6) teknologi yang menjadikan
petani lebih berfikir bahwasanya jika dengan penggunaan teknologi akan mampu
mendongkrak perkembangan usahatani dengan pertimbangan pada estimasi input
DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER
DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER
x
serta output yang bisa dihasilkan, 7) pendapatan petani budidaya buah naga organik
mampu menghasilkan pendapatan 100 juta lebih pertahun artinya bahwasanya
bukan merupakan pendapatan yang minim, sehingga orang berfikir jika
berusahatani buah naga dapat untuk menutupi kebutuhan bahkan bisa lebih dari luar
kebutuhan.
Faktor Penghambat budidaya buah naga yakni 1) Sulitnya pembuatan
sertifikasi kebun pada budidaya buah naga bersertifikat yang membuat menurunnya
semangat petani dalam berbudidaya buah naga bersertifikat, 2) sulitnya ditangani
masalah penyakit terhadap tanaman yang dibudidayakan secara organik akan sangat
berbeda halnya dengan petani konvensional yang notabennya banyak menggunakan
bahan kimia dalam pengendalaian yang tingkat keefektifitasannya bisa dirasakan
secara langsung atau berefek secara langsung pada tanaman sehingga membuata
petani kesulitan menangani penyakit jika menggunakan bahan oganik yang
notabennya lama dalam merespon pada tanaman sehingga petani merasa kesulitan,
3) produk yang bisa dihasilkan petani sulit sesuai dengan grade yang dibutuhkan
oleh pasar sehingga petani merasa bahwasanya pemasaran buah naga bersertifikat
ini harus benar-benar sesuai kualitas standart yang harus dihasilkan.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]