Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pekerja Perkebunan Karet di PT. Agri Halba Lumajang
Abstract
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tempat kerja merupakan salah satu
upaya untuk memberdayakan pekerja, pemilik, maupun pengelola usaha, agar mereka
tahu, mau, dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta ikut aktif dalam
mewujudukan tempat kerja yang bersih dan sehat. PHBS juga diterapkan di tempat
kerja wilayah agrikultural yang salah satunya adalah perkebunan. Tingkat gizi dan
kesehatan pada wilayah agrikultural masih menjadi permasalahan utama. Kondisi
inilah yang akan mempengaruhi para pekerja agrikultural seperti mengalami
penurunan produktivitas kerja, mengalami malnutrisi, dan status kesehatan yang
masih rendah.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menggambarkan tingkat PHBS pekerja
perkebunan karet di PT. Agri Halba Lumajang. Penelitian ini menggunakan variabel
independen tingkat perilaku dengan menggunakan desain penelitian survei deskriptif
dengan metode penelitian simple random samplingdengan jumlah sampel penelitian
sebanyak 94 responden. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
yakni karakteristik demografi yang meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir,
lama kerja, pendapatan, dan suku/ras serta instrumen terkait PHBS pada pekerja
perkebunan yang meliputi 9 indikator PHBS mengacu pada Permenkes Nomor :
2269/MENKES/PER/XI/2011.
Distribusi frekuensi responden terbanyak untuk jenis kelamin laki-laki
sebanyak 49 responden (52,1%), usia dengan rentang 46-55 tahun sebanyak 36
responden (38,3%), pendidikan terakhir pada tingkat SD terdapat 78 responden
(83%), masa kerja > 3 tahun yaitu sebanyak 91 responden (96,8%) , gaji/ pendapatan
semua responden memiliki gaji/ pendapatan < Rp. 2,000,607 dengan jumlah 94
responden (100%), suku/ ras pada suku Jawa dengan jumlah responden 55 responden (58,5%). Tingkat PHBS 94 responden pekerja penyadap getah karet dikategorikan
baik dengan presentase 76%-100% sebanyak 71 responden (75,5%), lalu hasil
penelitian untuk tingkat PHBS per indikator diantaranya indikator mencuci tangan
sabun dikategorikan cukup (56%-75%) dengan jumlah responden sebanyak 53
responden (56,4%), indikator mengonsumsi makanan dan minuman sehat
dikategorikan baik (76%-100%) dengan 47 responden (50%), indikator menggunakan
jamban yang sehat dikategorikan baik (76%-100%) dengan 44 responden (46,8%),
indikator membuang sampah di tempat sampah dikategorikan kurang (≤55%) dengan
51 responden (54,3%), indikator penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
dikategorikan baik (76%-100%) dengan 84 responden (89,4%), indikator tidak
merokok dikategorikan cukup (56%-75%) dengan 40 responden (42,6%), indikator
tidak menggunakan NAPZA/narkoba dikategorikan cukup (56%-75%) dengan 55
responden (58,5%), indikator tidak meludah sembarangan dikategorikan baik (76%-
100%) dengan 78 responden (83%), memberantas jentik nyamuk di tempat kerja
dikategorikan baik (76%-100%) dengan 54 responden (57,4%).
PHBS merupakan perilaku yang penting untuk diterapkan, tidak terkecuali di
tempat kerja wilayah perkebunan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
penerapan perilaku PHBS di tempat kerja wilayah perkebunan diantaranya yaitu
pengetahuan, sikap, kebiasaan, tersedianya sarana prasarana, dukungan dari
pimpinan, rekan kerja, serta keluarga, motivasi, lingkungan, dan lain sebagainya.
PHBS perlu diupayakan untuk di terapkan tempat kerja, agar pekerja terhindar dari
penyakit akibat kerja, status kesehatan yang menurun, serta agar terciptanya
lingkungan kerja yang bersih dan sehat. Upaya ini tidak hanya dilakukan oleh
pekerja, tetapi juga pengelola, pemilik dan pimpinan tempat kerja tersebut.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1531]