dc.description.abstract | Kebutuhan akan kedelai sebagai tanaman pangan utama setelah padi dan
jagung di Indonesia pada setiap tahunnya terus meningkat, sementara produksi
kedelai dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut sehingga masih
diperlukan impor kedelai. Upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan
terhadap kedelai impor telah dilakukan melalui program swasembada kedelai
yang dimaksudkan untuk dapat mendorong usaha peningkatan produktivitas
kedelai dalam negeri. Namun, usaha peningkatan produktivitas kedelai tersebut
tidak terlepas dari berbagai macam kendala. Salah satu faktor pembatas pada peningkatan
produktivitas kedelai ialah cekaman hama dan penyakit tanaman, yang
sampai saat ini masih menjadi masalah terutama penyakit-penyakit virus karena
belum dapat diatasi dengan cara yang memuaskan.
Salah satu virus pada kedelai yaitu Soybean mosaic virus (SMV), penyebab
penyakit mosaik kedelai yang diketahui sangat berpotensi menurunkan produksi
dan kualitas biji. Penyebaran dan penularan SMV di lapangan terjadi melalui
aktivitas vektor serangga Aphididae, dan Aphis glycines Matsumura merupakan
spesies yang efisien menularkan SMV. Oleh karena itu pengendalian terhadap
penyakit tersebut cenderung dilakukan dengan penggunaan insektisida yang ditujukan
terhadap vektor. Penggunaan pestisida diketahui banyak menimbulkan
berbagai dampak negatif misalnya terhadap kesehatan dan pencemaran lingkungan.
Alternatif pengendalian yang lebih ramah lingkungan perlu dikembangkan.
Penggunaan varietas tahan terhadap hama/penyakit merupakan alternatif
pengendalian yang dinilai selain mudah diterapkan, murah, dan ramah lingkungan.
Varietas-varietas unggul kedelai (dengan keunggulan terutama dalam hal
produksi), sampai saat ini belum banyak dilaporkan tahan terhadap SMV maupun
vi
A. glycines sebagai vektor. Oleh karena itu ketersediaan varietas unggul kedelai
yang tahan terhadap SMV maupun vektornya masih terbatas. Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi ketahanan beberapa varietas/genotipe kedelai unggul
terhadap SMV dan A. glycines sebagai vektor serta untuk mengetahui kombinasi
ketahanan varietas/genotipe tersebut terhadap penyakit SMV.
Penelitian dilakukan melalui pengujian ketahanan kedelai unggul terhadap
virus (SMV) dan A. glycines sebagai vektor. Pengujian ketahanan tanaman terhadap
virus dilakukan melalui penularan secara mekanis dan penularan melalui
vektor secara nonpersisten. Ketahanan kedelai unggul terhadap vektor diuji
melalui uji preferensi/non preferensi. Kedelai unggul yang diuji ialah varietas
Galunggung, Baluran, Wilis, dan genotipe UNEJ-2.
Pengujian pada percobaan pot di rumah kaca disusun berdasarkan rancangan
acak lengkap (RAL) terdiri atas 4 perlakuan (varietas/genotipe) dengan 6 ulangan
(pada uji ketahanan tanaman terhadap virus), dan 10 ulangan (pada uji ketahanan
tanaman terhadap vector). Beda antarperlakuan diuji dengan uji Duncan pada taraf
0.05.
Diantara empat kedelai unggul yang diuji, Wilis dikategorikan tahan terhadap
SMV sedangkan Galunggung, Baluran, dan UNEJ-2 termasuk agak tahan.
Wilis yang tahan terhadap SMV ternyata rentan terhadap A. glycines sedangkan
Galunggung, Baluran, dan UNEJ-2 agak tahan. Maka kombinasi ketahanan empat
kedelai unggul tersebut terhadap SMV masing-masing yaitu (1) Wilis, tahan virus
dan rentan vektor, dan (2) Galunggung, Baluran, UNEJ-2, agak tahan virus dan
agak tahan vektor. Ketahanan kedelai terhadap SMV perlu diuji pada berbagai
kedelai unggul lain yang telah dilepas dengan menggunakan beberapa spesies
Aphididae yang lain sebagai vektor termasuk A. glycines. | en_US |