Penetapan Kadar Kurkumin dan Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Rimpang Temu Giring dengan Metode Stabilitas Membran dan Denaturasi Protein Secara In Vitro
Abstract
Inflamasi merupakan respon pertahanan tubuh alami ketika terjadi bahaya dalam bentuk infeksi, traumatis, maupun sel yang rusak. Inflamasi mengakibatkan migrasi sel dari protein plasma, cairan dan leukosit. Pada kondisi inflamasi yang tidak terkendali mengakibatkan terjadinya disfungsi organ dan kematian. Respon inflamasi juga berpotensi memunculkan penyakit kronis, termasuk penyakit autoimun, kardiovaskular, usus, diabetes, radang sendi hingga kanker. Di Indonesia, masyarakat sering menggunakan golongan obat anti inflamasi non steroid (AINS), salah satunya yakni natrium diklofenak. Penggunaan AINS dalam jangka panjang memiliki efek samping dan menimbulkan penyakit lain seperti gastrointestinal, gagal ginjal. Berdasarkan hal tersebut, perlu dicari obat-obatan berbasis bahan alam dengan efek samping yang lebih ringan. Salah satu bahan alam yang berpotensi sebagai agen antiinflamasi adalah temu giring (Curcuma heyneana Val & Zijp). Temu giring diketahui memiliki senyawa kurkumin dan flavonoid menjadi agen antiinflamasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kadar kurkumin, dan aktivitas antiinflamasi temu giring dibandingkan dengan natrium diklofenak.
Penetapan kadar kurkumin dilakukan dengan metode KLT densitometri, dengan kurkuminoid sebagai standar pembanding. Penetapan kadar kurkumin dilakukan untuk mengetahui persentase senyawa kurkumin sebagai agen potensial antiinflamasi. Uji antiinflamasi dilakukan secara in vitro dengan metode stabilitas membran dan denaturasi protein. Natrium diklofenak digunakan sebagai kontrol positif, karena banyak digunakan di Indonesia.
Berdasarkan hasil KLT densitometri, kadar kurkumin yang terkandung dalam ekstrak etanol temu giring sebesar 0,0257 ± 0,665 % b/b. Hasil pengujian aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol temu giring mimiliki aktivitas stabilisasi membran yang lebih besar dibandingkan dengan natrium diklofenak. Nilai IC50 ekstrak etanol temu giring sebesar 71,988 ± 1,315 ppm, sedangkan natrium diklofenak sebesar 91,864 ± 1,674 ppm. Pengujian dengan metode anti denaturasi protein, ekstrak etanol temu giring memiliki aktivitas yang lebih kecil dibandingkan dengan natrium diklofenak. Nilai IC50 ekstrak etanol temu giring sebesar 234,913 ± 32,132 ppm, sedangkan natrium diklofenak sebesar 21,179 ± 3,677 ppm. Nilai IC50 kemudian dilakukan analisis statistik, data stabilisasi membran dan anti denaturasi protein menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ekstrak etanol temu giring dan natrium diklofenak dengan uji independent t-test (p<0,05).
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]