Show simple item record

dc.contributor.authorSALMAH, Sukmahwati
dc.date.accessioned2023-03-21T03:23:08Z
dc.date.available2023-03-21T03:23:08Z
dc.date.issued2022-07-18
dc.identifier.nim182210101096en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/113272
dc.description.abstractInflamasi merupakan respon pertahanan tubuh alami ketika terjadi bahaya dalam bentuk infeksi, traumatis, maupun sel yang rusak. Inflamasi mengakibatkan migrasi sel dari protein plasma, cairan dan leukosit. Pada kondisi inflamasi yang tidak terkendali mengakibatkan terjadinya disfungsi organ dan kematian. Respon inflamasi juga berpotensi memunculkan penyakit kronis, termasuk penyakit autoimun, kardiovaskular, usus, diabetes, radang sendi hingga kanker. Di Indonesia, masyarakat sering menggunakan golongan obat anti inflamasi non steroid (AINS), salah satunya yakni natrium diklofenak. Penggunaan AINS dalam jangka panjang memiliki efek samping dan menimbulkan penyakit lain seperti gastrointestinal, gagal ginjal. Berdasarkan hal tersebut, perlu dicari obat-obatan berbasis bahan alam dengan efek samping yang lebih ringan. Salah satu bahan alam yang berpotensi sebagai agen antiinflamasi adalah temu giring (Curcuma heyneana Val & Zijp). Temu giring diketahui memiliki senyawa kurkumin dan flavonoid menjadi agen antiinflamasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kadar kurkumin, dan aktivitas antiinflamasi temu giring dibandingkan dengan natrium diklofenak. Penetapan kadar kurkumin dilakukan dengan metode KLT densitometri, dengan kurkuminoid sebagai standar pembanding. Penetapan kadar kurkumin dilakukan untuk mengetahui persentase senyawa kurkumin sebagai agen potensial antiinflamasi. Uji antiinflamasi dilakukan secara in vitro dengan metode stabilitas membran dan denaturasi protein. Natrium diklofenak digunakan sebagai kontrol positif, karena banyak digunakan di Indonesia. Berdasarkan hasil KLT densitometri, kadar kurkumin yang terkandung dalam ekstrak etanol temu giring sebesar 0,0257 ± 0,665 % b/b. Hasil pengujian aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol temu giring mimiliki aktivitas stabilisasi membran yang lebih besar dibandingkan dengan natrium diklofenak. Nilai IC50 ekstrak etanol temu giring sebesar 71,988 ± 1,315 ppm, sedangkan natrium diklofenak sebesar 91,864 ± 1,674 ppm. Pengujian dengan metode anti denaturasi protein, ekstrak etanol temu giring memiliki aktivitas yang lebih kecil dibandingkan dengan natrium diklofenak. Nilai IC50 ekstrak etanol temu giring sebesar 234,913 ± 32,132 ppm, sedangkan natrium diklofenak sebesar 21,179 ± 3,677 ppm. Nilai IC50 kemudian dilakukan analisis statistik, data stabilisasi membran dan anti denaturasi protein menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ekstrak etanol temu giring dan natrium diklofenak dengan uji independent t-test (p<0,05).en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Farmasien_US
dc.subjectKurkuminen_US
dc.subjectUji antiinflamasien_US
dc.subjecttemu giringen_US
dc.subjectstabilitas membranen_US
dc.subjectdenaturasi proteinen_US
dc.titlePenetapan Kadar Kurkumin dan Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Rimpang Temu Giring dengan Metode Stabilitas Membran dan Denaturasi Protein Secara In Vitroen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiFarmasien_US
dc.identifier.pembimbing1Dr. apt. Fifteen Aprila Fajrin, S.Farm., M.Farm.en_US
dc.identifier.pembimbing2apt. Ika Puspita Dewi, S.Farm., M.Biomed.en_US
dc.identifier.validatorArinen_US
dc.identifier.finalizationFinalisasi Tanggal 21 Maret 2023_M. Arif Tarchimansyahen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record