Peran Wanita Tengger: Pengambilan Keputusan Usahatani dan Strategi Coping Rumah Tangga Petani Hortikultura saat Pandemi
Abstract
Masyarakat Tengger memiliki keunikan yang khas dalam peran gender
dalam rumah tangga. Rumah tangga masyarakat Tengger merupakan rumah
tangga petani hortikultura. Walau demikian, perekonomian rumah tangga
masyarakat Tengger disokong oleh 2 sektor ekonomi utama yaitu pertanian
hortikultura dan pariwisata Gunung Bromo. Peran dalam sector perekonomian
tersebut dibagi berdasarkan peran gender, pada sector pertanian dilakukan oleh
wanita atau istri dalam rumah tangga dan pada sector pariwisata dilakukan oleh
laki-laki atau suami dalam rumah tangga. Pembagian peran oleh kedua gender
dalam ekonomi menyebabkan masyarakat memiliki kesetaraan dalam
pengambilan keputusan rumah tangga. Akan tetapi, perubahan yang terjadi secara
tiba-tiba dirasakan oleh masyarakat rumah tangga Tengger dimana pada tahun
2020 masuknya pandemic Covid-19 menyebabkan banyaknya wisata di Indonesia
di tutup termasuk wisata Gunung Bromo. Hal ini menyebabkan laki-laki
kehilangan pekerjaan dan sector pertanian mengambil peran tunggal dalam
memenuhi ekonomi rumah tangga. Pada peran tunggal tersebut, pengambilan
keputusan dalam usahatani yang merupakan peran istri dalam rumah tangga
menjadi lebih dominan pada suami dengan analisis menggunakan indicator suami
sendiri, suami dominan, suami istri bersama, istri dominan, dan istri sendiri milik
Sajogyo (1985). Pada permasalahan yang dihadapi rumah tangga selama
pandemic masyarakat memiliki upaya dalam menghadapi masalah tersebut. Upaya
tersbut di namakan strategi coping rumah tangga dengan pembagian problem
focused coping dan emotional focused coping. Pada problem focused coping
strategi yang paling banyak digunakan rumah tangga petani yaitu pada berhenti
bekerja di sector pertanian dan kembali ke ladang sendiri dengan presentase
keputusan digunakan sebanyak 90% dengan keputusan 100% suami domianan,
sementara strategi terendah yaitu pada memperkecil pengeluaran sehingga
kebutuhan tercukupi dengan prsentase 6,66% rumah tangga menggunakan dengan
keputusan 90% suami istri bersama. Sementara untuk Emotional focused coping
yang paling benyak digunakan yaiu menanam tanaman bawang prei sebanyak
100% rumah tangga yang menggunakan dengan keputusan 70% istri dominan,
dan yang paling tidak banyak digunakan adalah strategi menyerahkan semua
keputusan pada pemerintah sebesar 30% dengan pengamblan keputusan 66,67%
suami dominan. Sementara foktor dalam pengambilan keputusan diketahui faktor
yang mempengaruhi tinggi renahnya keputusan wania Tengger adalah selisih
umur (X1). Semakin tinggi selisih umur sumi istri maka dapat menurunkan
peluang tingginya pengambilan keputusan wanita sebesar 21,8 kali.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4220]