Pengembangan Media Pembelajaran Sejarah Powtoon Berbasis Inquiry Learning untuk Meningkatkan Critical Thinking dengan Menggunakan Model ASSURE
Abstract
Pengembangan kompetensi di era digital sangat dibutuhkan peserta didik
guna menghadapi pembelajaran abad ke-21. Peserta didik juga dituntut memiliki
kemampuan Critical Thinking dalam pembelajaran sejarah. Berdasarkan hasil
analisis data awal yang diperoleh dari tiga sekolah di SMAN 1 Suboh, SMAN 1
Besuki, dan SMAN 1 Panarukan, menunjukkan: (1) 66,7% pendidik memiliki
kendala terkait media pembelajaran; (2) 64,3% peserta didik mengalami kesulitan
dalam memahami materi sejarah. Hal ini disebabkan media pembelajaran yang
digunakan pendidik kurang efektif dalam mengantarkan isi materi kepada peserta
didik; (3) 45,9% peserta didik hanya mampu menyebutkan jawaban secara singkat
terkait soal materi “Proses masuk dan perkembangan penjajahan bangsa Eropa ke
Indonesia” atau berada pada tingkatan taksonomi C1 mengingat; (4) 47,5% gaya
belajar visual, 42,7% auditori, dan 9,8% kinestetik; serta (5) 40,5% peserta didik
memiliki tingkat Critical Thinking awal tergolong rendah. Berdasarkan hasil data
tersebut, maka dibutuhkan produk pengembangan media pembelajaran sejarah
Powtoon berbasis Inquiry Learning untuk meningkatkan Critical Thinking peserta
didik dalam pembelajaran abad ke-21.
Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimana hasil validasi
ahli terhadap media pembelajaran sejarah Powtoon berbasis Inquiry Learning
menggunakan model ASSURE pada mata pelajaran Sejarah Indonesia kelas XI
SMA?; dan (2) Bagaimana media pembelajaran sejarah Powtoon berbasis Inquiry
Learning menggunakan model ASSURE dapat meningkatkan Critical Thinking
peserta didik pada mata pelajaran Sejarah Indonesia kelas XI SMA?.
Penelitian pengembangan ini menggunakan model ASSURE yang terdiri
dari 6 tahapan, yaitu: (1) Analyze Learner Characteristic; (2) State Performance Objective; (3) Select Methods, Media, and Materials; (4) Utilize Media and
Materials; (5) Require Learner Participation; dan (6) Evaluate and Revize.
Media pembelajaran Powtoon berbasis Inquiry Learning telah tervalidasi
ahli, yaitu: (1) Validasi ahli isi bidang studi memperoleh nilai persentase sebesar
94% dengan kualifikasi “sangat baik”; (2) Validasi ahli media atau desain
memperoleh nilai persentase sebesar 91,8% dengan kualifikasi “sangat baik”; (3)
Validasi ahli bahasa memperoleh nilai persentase sebesar 94% dengan kualifikasi
“sangat baik”. Selanjutnya keberhasilan media pembelajaran sejarah Powtoon
berbasis Inquiry Learning dalam meningkatkan Critical Thinking ini dapat dilihat
dari hasil persentase uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Pada uji coba
kelompok kecil diperoleh hasil peningkatan kemampuan Critical Thinking peserta
didik sebesar 80,82% dengan predikat “sangat tinggi”. Sedangkan pada uji coba
lapangan diperoleh hasil peningkatan kemampuan Critical Thinking peserta didik
sebesar 81,57% dengan predikat “sangat tinggi”.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Media
pembelajaran sejarah Powtoon berbasis Inquiry Learning dengan menggunakan
model pengembangan ASSURE pada mata pelajaran Sejarah Indonesia kelas XI
SMA telah tervalidasi ahli dan memperoleh hasil yang sangat baik; dan (2) Media
pembelajaran sejarah Powtoon berbasis Inquiry Learning yang dikembangkan
mampu meningkatkan Critical Thinking peserta didik pada mata pelajaran Sejarah
Indonesia kelas XI SMA.
Adapun saran-saran pemanfaatan media pembelajaran Powtoon berbasis
Inquiry Learning, sebagai berikut: (1) Penggunaan media pembelajaran sejarah
yang inovatif dan terintegrasi teknologi seperti Powtoon sangat dibutuhkan, guna
mendukung proses belajar mengajar ditengah pandemi dan tuntutan pembelajaran
saat ini; (2) Peserta didik diharapkan mampu menggunakan media pembelajaran
Powtoon secara mandiri. Hal ini dilakukan untuk mendukung proses pembelajaran
sejarah secara daring ataupun luring; (3) Pendidik diharapkan dapat menciptakan
lingkungan belajar yang inovatif dengan memanfaatkan media Powtoon untuk
meningkatkan kemampuan Critical Thinking peserta didik. Kemampuan tersebut
berguna sebagai bekal peserta didik dalam menghadapi tantangan abad ke-21.