Respon 2,4-D dan BAP terhadap Induksi Tunas pada Tanaman Vanili (Vanilla planifolia)
Abstract
Tanaman vanili di Indonesia berdasarkan lahan yang tersedia,
memungkinkan dilakukan peningkatan produksi melalui perluasan areal tanam
atau peremajaan tanaman. Kendala yang dihadapi pada rantai budidaya vanili
yaitu dalam penyediaan bibit yang memiliki kendala. Perbanyakan secara
generatif memiliki kendala rendahnya kemampuan perkecambahan yaitu sebesar
9,9% dan perbanyakan secara vegetatif memiliki kendala lambatnya tingkat
perbanyakan. Adanya teknologi kultur jaringan dapat mengatasi keterbatasan
yang terjadi pada perbanyakan secara konvensional. Penggunaan hormon dalam
teknologi kultur jaringan pada umumnya dilakukan untuk memacu pertumbuhan
dan perkembangan vanili. Sehingga efisien waktu dalam penyediaan bibit vanili.
Penelitian ini menggunakan RAL 2 faktor yaitu BAP 3 taraf dengan
konsentrasi 0 ppm, 0,5 ppm dan 1 pm , serta 2,4-D 3 taraf dengan konsentrasi 0,5
ppm, 1 ppm dan 1,5 ppm. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
hormon yang diberikan. Pengaruh hormon diamati menggunakan variabel
kedinian tunas, panjang tunas dan persentase hidup. Adapun variabel pengamatan
yang bersifat kwalitatif yaitu hisologi.
Hasil data yang diperoleh menunjukkan berbeda nyata dalam analisa
anova. Perlakuan yang terbaik dihasilkan pada perlakuan kombinasi BAP 0,5 ppm
dan 2,4-D 0,5 ppm (K2D1). Hal tersebut didukung dengan kedinian tunas yaitu
pada hari ke-7, panjang tunas 0,5 mm dan 100% eksplan hidup. Hasil pengamatan
histologi juga dapat membuktikan pembentukkan tunas dengan melihat struktur
dan bentuk sel pada eksplan.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4000]