dc.description.abstract | Ampas singkong atau onggok adalah salah satu hasil samping dari pengolahan tepung singkong dan terdiri atas serat kasar yang mengandung hemiselulosa sebesar 21,3%. Hemiselulosa dapat dijadikan sebagai salah satu sumber xilan yang dapat di hidrolisis menjadi xilosa dan xilitol. Xilosa dimanfaatkan sebagai substrat dalam produksi xilitol. Pada produksi xilitol dapat dilakukan dengan metode kimiawi yakni hidrogenasi dan ekstraksi. Kedua metode tersebut memerlukan bahan baku, konsentrasi xilosa dan biaya produksi yang tinggi. Metode fermentasi dikembangkan dalam produksi xilitol dengan menggunakan mikroorganisme yang mampu memetabolisme xilosa dan menghasilkan enzim xilosa reduktase salah satunya Debaryomyces hansenii.
Metode fermentasi untuk produksi xilitol menggunakan khamir terdapat kelemahan rendemen atau yield product yang cenderung rendah, maka dari itu ditambahkan ko-substrat sebagai nutrient pendamping substrat yakni glukosa. Selain itu, kecepatan agitasi dapat mempengaruhi produksi enzim dalam fermentasi, agitasi terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mengurangi produksi enzim dalam proses fermentasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi ko-substrat dan kecepatan agitasi menggunakan D. hansenii dalam produksi xilitol.
Penelitian ini dilakukan dengan dua faktor perlakuan yaitu perbandingan glukosa terhadap xilosa 0%, 10%, 15%, dan 20% pada kecepatan agitasi 150 dan 200 rpm, masing-masing perlakuan diulang sebanyak dua kali. Penelitian dilaksanakan dalam empat tahap yaitu proses produksi xilan dan produksi xilosa menggunakan Aspergillus niger dan Trichoderma reseei. Tahap kedua peremajaan dan preparasi inokulum khamir D. hansenii pada media MEA. Tahap ketiga pembuatan starter D. hansenii dan tahap keempat proses fermentasi xilitol dengan media xilosa ampas singkong yang dihasilkan sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biokonversi xilosa menjadi xilitol menggunakan D. hansenii pertumbuhan sel dimulai jam ke 0 hingga jam ke 36 dan mulai populasi menurun setelah jam ke 36. Populasi D. hansenii tidak mengalami perbedaan yang signifikan antar perbedaan penambahan ko-substrat akan tetapi menunjukkan perbedaan terhadap konsentrasi xilitol yang dihasilkan. Konsentrasi xilitol yang dihasilkan diuji dengan HPLC menggunakan sampel pada jam ke 36 pada masing-masing perlakuan. Penambahan kosentrasi glukosa 20% terhadap xilosa menghasilkan konsentrasi xilitol tertinggi yaitu pada kecepatan agitasi 150 rpm sebesar 2,068 g/L efisiensi fermentasi mencapai 44,96% sedangkan pada kecepatan agitasi 200 rpm dengan konsentrasi glukosa terhadap xilosa 20% sebesar 2,635 g/L dan efisiensi fermentasi mencapai 57,28%. | en_US |