Analisis Disposisi Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Bangun Ruang Sisi Datar dengan Tipe Soal PWCI (Problems With Contradictory Information)
Abstract
Berpikir kritis merupakan salah satu kompetensi matematika yang harus
dicapai. Seseorang yang berpikir kritis selalu berhati-hati ketika menerima
informasi dan dapat membuat keputusan berdasarkan bukti. Terdapat dua
komponen seseorang ketika berpikir kritis yakni keterampilan berpikir kritis dan
disposisi berpikir kritis. Disposisi berpikir kritis merupakan sikap atau perilaku
yang mendorong seseorang untuk berpikir kritis. Terdapat tujuh indikator disposisi
berpikir kritis yaitu truth seeking (pencarian kebenaran), open mindedness
(berpikiran terbuka), systematicity (sistematis), analycity (analitis), inquisitiveness
(rasa ingin tahu), self confidence (percaya diri), dan maturity of judgement
(kematangan untuk mengambil keputusan). Disposisi berpikir kritis seseorang
dapat dilihat ketika mengerjakan soal dengan tipe PWCI (Problems With
Contradictory Information).
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan disposisi berpikir kritis siswa
dalam menyelesaikan masalah bangun ruang sisi datar dengan tipe soal PWCI
(Problems With Contradictory Information). Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
IX SMP Negeri 11 Jember. Kriteria pengambilan subjek adalah siswa yang
menyadari adanya kesalahan pada soal, yang merupakan ciri-ciri dari truth-seeking.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan soal observasi tahap 1 dan 2 kepada
seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 11 Jember melalui link google form, lalu
memberikan soal tes disposisi berpikir kritis kepada 8 siswa yang menyadari
kesalahan soal, selanjutnya terdapat tiga siswa yang memiliki jawaban yang
konsisten, artinya siswa menyadari adanya kesalahan pada soal sampai pemberian
soal tahap 2. Selanjutnya dilakukan wawancara kepada tiga siswa tersebut untuk
mengetahui lebih dalam bagaimana disposisi berpikir kritis siswa ketika
dihadapkan dengan soal tipe PWCI.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh siswa pertama mampu memenuhi
enam dari tujuh indikator. Indikator yang mampu terpenuhi yaitu truth seeking
(pencarian kebenaran), open mindedness (berpikiran terbuka), systematicity
(sistematis), analycity (analitis), self confidence (percaya diri), dan maturity of
judgement (kematangan untuk mengambil keputusan). Indikator yang tidak
terpenuhi yaitu inquisitiveness (rasa ingin tahu). Siswa pertama tidak menunjukkan
dua dari empat ciri-ciri indikator truth seeking (pencarian kebenaran) dan tidak
mampu menunjukkan satu dari tiga ciri-ciri indikator open mindedness (berpikiran
terbuka).
Siswa kedua mampu memenuhi ketujuh indikator disposisi berpikir kritis
yaitu truth seeking (pencarian kebenaran), open mindedness (berpikiran terbuka),
systematicity (sistematis), analycity (analitis), inquisitiveness (rasa ingin tahu), self
confidence (percaya diri), dan maturity of judgement (kematangan untuk
mengambil keputusan). Siswa kedua mampu menunjukkan seluruh ciri-ciri sesuai
indikator disposisi berpikir kritis. Siswa kedua juga mampu mengerjakan soal
dengan tepat dan hasil analisisnya jelas.
Selanjutnya siswa ketiga mampu memenuhi ketujuh indikator disposisi
berpikir kritis yaitu truth seeking (pencarian kebenaran), open mindedness
(berpikiran terbuka), systematicity (sistematis), analycity (analitis), inquisitiveness
(rasa ingin tahu), self confidence (percaya diri), dan maturity of judgement
(kematangan untuk mengambil keputusan). Namun, siswa ketiga tidak mampu
menunjukkan satu dari empat ciri-ciri truth seeking (pencarian kebenaran) dan
hanya menunjukkan tiga dari lima ciri-ciri pada indikator inquisitiveness (rasa ingin
tahu). Meskipun terdapat kesalahan perhitungan pada hasil jawaban soal tes siswa
ketiga, namun kegigihan dan semangatnya dapat terlihat ketika menyelesaikan soal
dan saat wawancara sehingga siswa ketiga dapat memenuhi ketujuh indikator
disposisi berpikir kritis. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa
yang truth-seeking memiliki disposisi berpikir kritis yang baik, sedangkan siswa
yang tidak truth-seeking tidak memiliki disposisi berpikir kritis yang baik.