Penilaian Dampak Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Kinerja Hidrologi pada DAS Deluwang Menggunakan Model HEC-HMS
Abstract
Debit pada DAS Deluwang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk irigasi
dan kehidupan sehari-hari. Tetapi, saat ini kondisi DAS Deluwang telah mengalami
perubahan tata guna lahan dari kawasan non terbangun menjadi kawasan terbangun.
Penggunaan lahan pada DAS Deluwang yang sebagian besar berupa lahan
pertanian dan hutan dari waktu ke waktu mulai mengalami perubahan. Hal itu dapat
menyebabkan perubahan karakteristik hidrologi pada DAS Deluwang. Dapat
dibuktikan dengan adanya beberapa fenomena yang terjadi di Kabupaten Situbondo
dan Bondowoso, khususnya pada Daerah Aliran Sungai Deluwang.
Tujuan penelitian ini antara lain untuk menghitung presentase perubahan tata
guna lahan pada DAS Deluwang, menghitung keandalan pemodelan debit pada
DAS Deluwang menggunakan HEC-HMS, dan menganalisis pengaruh perubahan
tata guna lahan terhadap debit pada DAS Deluwang. Penelitian dilakukan dengan
analisis spasial menggunakan program ArcGIS 10.4 dan pemodelan debit dengan
program HEC-HMS. Metode yang digunakan pada parameter loss yaitu SCS-CN,
transform menggunakan SCS Unit Hydrograph, dan baseflow menggunakan
constant monthly. Parameter-parameter yang didapat dari perhitungan kemudian
dikalibrasi supaya mendapatkan hasil pemodelan yang baik. Proses kalibrasi
menggunakan data debit dan curah hujan tahun 2006 yang kemudian divalidasi
pada tahun 2009. Penilaian dampak perubahan tata guna lahan dilakukan dengan
membandingkan debit maksimum hasil pemodelan dengan perubahan persentase
hutan dan nilai Curve Number.
Perubahan tata guna lahan DAS Deluwang dari tahun 2006 hingga tahun 2009
adalah persentase pemukiman meningkat sebesar 0,08%, persentase pertanian lahan kering berkurang sebesar 0,59%, persentase hutan tanaman berkurang sebesar
0,29%, persentase sawah berkurang sebesar 0,33%, persentase tanah terbuka
meningkat sebanyak 1,24%, persentase hutan lahan kering sekunder menurun
sebesar 1,33%, dan persentase semak belukar meningkat sebesar 0,33%.
Pemodelan debit menggunakan program HEC-HMS pada tahun 2006
menghasilkan nilai NSE 0,622 dan validasi pada tahun 2009 sebesar -0,344 yang
berarti hasil parameter kalibrasi tidak menghasilkan nilai validasi yang baik.
Penurunan presentase hutan secara menyeluruh menyebabkan debit maksimum
hasil pemodelan juga ikut meningkat. Hal ini karena penurunan vegetasi yang ada
dapat mempengaruhi menurunnya penyerapan air dalam tanah sehingga air lebih
banyak melimpas di permukaan.
Karakteristik hidrologi setiap subdas berbeda-beda. Berdasarkan respon debit yang
ada, subDAS Deluwang, Pakel, Penjalinan dan Banyuputih menghasilkan respon yang
sama yaitu dengan menurunnya lahan hutan serta meningkatnya nilai CN maka debit
maksimum mengalami kenaikan. Sedangkan pada subDAS Keluang, Tamankursi, dan
Kalianan penurunan persentase lahan hutan serta meningkatnya nilai CN justru
menyebabkan penurunan debit maksimum yang ada. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
pola curah hujan tiap subDAS dimana terjadi penurunan curah hujan pada periode debit
puncak yang sama pada ketiga subDAS tersebut dan penggunaan lahan yang hanya
didominasi oleh hutan lahan kering sekunder dan semak belukar.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]