Potensi Ekstrak Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz.) terhadap Penurunan Jumlah Sel Radang Kronis pada Hati Tikus Model Periodontitis
Abstract
Periodontitis merupakan keradangan jaringan pendukung gigi dengan
prevalensi yang masih tinggi di Indonesia. Selain itu, periodontitis mempunyai
potensi yang besar sebagai pemicu kelainan sistemik. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa periodontitis dapat memicu penyakit jantung koroner, stroke,
dan gangguan metabolik. Periodontitis sebagai faktor resiko kelainan sistemik
dihubungkan dengan kemampuan penetrasi dan penyebaran bakteri periodontal
patogen dan produknya ke sirkulasi sistemik.
Porphyromonas gingivalis (P. gingivalis) merupakan salah satu periodontal
patogen yang paling sering dikaitkan dengan kelainan sistemik. P. gingivalis dan
produknya akan menginvasi pembuluh darah jaringan periodontal kemudian
beredar dalam sirkulasi sistemik dan mencapai organ-organ lain, salah satunya hati.
P. gingivalis dan produknya yang terbawa sirkulasi sistemik dan masuk ke hati akan
memicu proses inflamasi dan menyebabkan infiltrasi sel radang. Sumber dan
jumlah bakteri yang persisten dalam menyebabkan bakteremia serta inflamasi
secara terus menerus pada akhirnya mampu menyebabkan cedera hati kronis.
Cedera hati kronis yang terus berlanjut dan tanpa penyembuhan dapat mengarah
pada kondisi sirosis hati atau hepatoma yang diawali dengan fibrosis hati. Inflamasi
hati yang dipicu periodontal patogen perlu dikendalikan terkait hubungannya
dengan percepatan cedera hati sehingga perlu dilakukan pencegahan inflamasi
sistemik dengan melakukan perawatan periodontitis.
Perawatan periodontitis dapat dilakukan dengan terapi antibiotik dan
antiinflamasi. Salah satu tanaman yang memiliki potensi antibakteri dan
antiinflamasi adalah daun singkong. Ekstrak daun singkong diketahui dapat
memberikan efek antibakteri dan antiinflamasi, sehingga kemungkinan dapat
menurunkan jumlah sel radang kronis pada hati tikus model periodontitis.
Jenis penelitian ini adalah penelitian experimental laboratoris dengan
rancangan penelitian the post-test only control group design. Ekstrak daun singkong
dibuat dengan metode maserasi. Tikus model periodontitis diinduksi P.gingivalis
pada distobukal dan distolingual gigi molar pertama kiri bawah selama 14 hari
setiap 3 hari sekali.
Hasil hitung jumlah sel radang kronis, limfosit dan makrofag menunjukan
adanya pola yang sama, yaitu jumlah yang tertinggi terdapat pada kelompok kontrol
negatif, sedangkan jumlah terendah terdapat pada kelompok baseline. Jumlah sel
radang kronis pada kelompok kontrol positif dan kelompok ekstrak lebih rendah
dibandingkan kelompok kontrol negatif.
Pada kelompok kontrol negatif (periodontitis) jumlah sel radang kronis
paling tinggi. Hal ini kemungkinan karena infeksi bakteri P.gingivalis sebagai
etiologi utama periodontitis telah menyebar melalui peredaran darah sistemik dan
mencapai hati sehingga memicu inflamasi dan infiltrasi sel radang di hati.
Kelompok baseline (tanpa perlakuan) memiliki jumlah sel radang kronis paling
sedikit. Hal ini dikarenakan kelompok baseline tidak terpapar oleh infeksi, selain
itu adanya sel radang menunjukkan bahwa dalam keadaan normal sel radang tetap
ada sebagai sistem pertahanan tubuh. Kelompok ekstrak daun singkong memiliki
jumlah sel radang kronis lebih rendah daripada kelompok kontrol negatif namun
lebih tinggi daripada kelompok positif. Hal ini kemungkinan karena ekstrak daun
singkong memiliki senyawa aktif yang berperan sebagai antibakteri dan
antiinflamasi sehingga mampu menurunkan jumlah sel radang kronis saat terjadi
inflamasi. Kelompok kontrol positif memiliki jumlah sel radang kronis paling
sedikit diantara kelompok perlakuan. Hal ini kemungkinan karena penggunaan
metronidazole secara sistemik selama 7 hari mampu bekerja efektif dalam
membunuh bakteri dan meregulasi sistem imun melalui proses inflamasi.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]