Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas IV SDN Mojosari 01 Kabupaten Jember
Abstract
Model pembelajaran dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan
saintifik. Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik memuat keterampilan
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan yang dapat
melibatkan siswa aktif dalam mengembangkan ide melalui pengalamannya.
Proses pembelajaran yang hanya mengingat dan menghafal akan membuat siswa
kurang aktif dalam berpikir. Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah
satu potensi yang sangat perlu diterapkan pada siswa. Meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa dapat melalui strategi pembelajaran yang tepat, salah
satunya adalah penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Pada kegiatan
pembelajaran siswa kelas IV SDN Mojosari 01 Kabupaten Jember belum pernah
menerapkan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Siswa juga belum terbiasa berpikir tingkat
tinggi dan kemampuan berpikir tingkat tingginya masih rendah.
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui adakah
pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa kelas IV SDN Mojosari 01 Kabupaten Jember. Tujuan
penelitian ini ialah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran
berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas IV SDN
Mojosari 01 Kabupaten Jember.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain
penelitian quasi experimental design menggunakan pola non-equivalent control
group design. Penelitian dilaksanakan di SDN Mojosari 01 Kabupaten Jember.
Subjek penelitian adalah siswa kelas IVA berjumlah 27 siswa dan kelas IVB
berjumlah 27 siswa. Peneliti terlebih dahulu melakukan uji homogenitas pada
kedua kelas dengan menggunakan nilai rata-rata PAS (Penilaian Akhir Semester)
semester ganjil. Perhitungan uji homogenitas diperoleh hasil t0 sebesar 0,207 dan
koefisien F sebesar 1,635 menunjukkan lebih besar dari 0,05 sehingga dapat
dinyatakan homogen. Penentuan kelompok penelitian dilakukan dengan teknik
acak sederhana dan hasilnya kelas IVA kelompok kontrol dan kelas IVB
kelompok eksperimen. Selanjutnya melakukan uji normalitas menggunakan data
pretest siswa. Perhitungan uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk diperoleh
hasil kelompok kontrol nilai signifikansinya sebesar 0,230 dan kelompok
eksperimen nilai signifikansinya sebesar 0,084. Hasil kedua kelompok
menunjukkan lebih dari 0,05 (0,230 > 0,05 < 0,084) sehingga dapat disimpulkan
bahwa kedua kelompok berdistribusi normal.
Tahap berikutnya yaitu mengelola dan menganalisis data pretest dan
posttest. Hasil perhitungan uji t menunjukkan nilai thitung ttabel = 4,917
2,00665, sehingga dapat disimpulkan bahwa (Hα) ada pengaruh model
pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
kelas IV Mojosari 01 Kabupaten Jember. Kemudian, dilakukan uji keefektfifan
relatif menunjukkan nilai ER sebesar 51,645% yang termasuk kategori “sedang”,
sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah lebih
efektif sekitar 51,645% dibandingkan pembelajaran tanpa menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa.
Hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa pencapaian hasil
siswa kelompok eksperimen (IVB) ada pengaruh model pembelajaran berbasis
masalah terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol (IVA) yang tidak menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah. Model pembelajaran berbasis masalah diharapkan menjadi alternatif bagi
guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.