Kepentingan Tiongkok Dibalik Kerjasama Infrastruktur dengan Sri Lanka di Kawasan Asia Selatan
Abstract
Belt and Road Initiative (BRI) adalah proyek yang dibuat oleh Tiongkok.
BRI sebagai upaya untuk meningkatkan kerja sama regional dan konektivitas
antarbenua. Inisiatif ini bertujuan memperkuat infrastruktur, perdagangan, dan
investasi antara Tiongkok dengan 65 negara yang berkontribusi terhadap 30%
Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Program ini juga menyentuh 62% populasi
dan 75% cadangan energi global. Sri Lanka adalah salah satu negara yang juga
menjalin proyek kerjasama BRI dengan dibangunnya berbagai fasilitas umum,
salah satunya adalah pelabuhan Hambatonta. Tidak hanya itu, pelabuhan
Hambatonta di Sri Lanka adalah lokasi strategis dalam kawasan Samudra Hindia.
Terkait kerjasama ini, menimbulkan pertanyaan dan reaksi, terutama bagi India,
yang menganggap dirinya sebagai kekuatan terbesar di kawasan Asia Selatan (juga
sebagai kaki tangan Amerika Serikat di Asia) dan merasa bahwa kerjasama
Tiongkok dan Sri Lanka ini memiliki kepentingan untuk mengecilkan pengaruhnya
dan memperkuat kekuatan militer Tiongkok di negara-negara Asia Selatan dan
Samudra Hindia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa kepentingan strategis
Tiongkok dibalik kerjasama infrastruktur dengan Sri Lanka. Teori atau Konsep
yang digunakan dalam skripsi ini adalah konsep Sphere of Influence untuk
menggambarkan formasi internasional yang menunjukkan adanya satu bangsa
(influencer) yang memimpin atau berkuasa atas wilayah lain disertai dengan proses
input ke negara tujuan oleh pelaku (influencer) agar menghasilkan output di negara
tujuan yang sesuai dengan keinginan negara yang membuat input. Penelitian ini
menggunakan metode studi literatur untuk mengumpulkan data dan metode
deskriptif kualitatif untuk menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesuai dengan konsepsi Sphere of
Influence, Kunci dalam mengidentifikasi spheres of influence dapat diidentifikasi
bahwa hak, previleges dan tanggung jawab dimiliki oleh Tiongkok dengan
terjalinnya kerjasama BRI dengan Sri Lanka. Kontrol yang diperoleh dari
kerjasama ini adalah terjeratnya Sri Lanka dalam hutang kepada Tiongkok. Dapat
dikatakan bahwa ketergantungan Sri Lanka terhadap Tiongkok disebabkabkan
dalam sektor keuangan disebabkan oleh kekurangan dalam segi moneter terhadap
pembangunan fasilitas-fasilitas ekonomi seperti jalan raya, bandar udara, dan
pelabuhan untuk menambahkan pemasukkan bagi Sri Lanka. Maka dari hal ini Sri
Lanka perlu untuk meminjam dalam segi finansial kepada negara yang mereka
anggap baik dari awal yaitu Tiongkok. Dalam konsep spheres of influence
dijelaskan juga mengenai Input ini dapat berupa bantuan kemanusiaan, ekonomi,
militer, pinjaman, dan bahkan investasi, telah dilaksanakan Tiongkok. Syarat kedua
muncul output yang diharapkan oleh Negara (Tiongkok), disini Sri Lanka jelas
adalah pihak yang memunculkan output bagi Tiongkok, selain telah melakukan
kontrol, juga menambahkan kekuatan Tiongkok di kawasan Asia Selatan dengan
berdirinya pelabuhan Hambatonta yang saat ini status pemiliknya adalah Tiongkok
hingga 99 Tahun kedepan di Sri Lanka. Hal ini juga dapat diartikan bahwa
Tiongkok siap berhadapan dengan India, sebagai pihak yang kuat pengaruhnya di
Sri Lanka. Implikasi besar atas Proyek Belt Road Initiative ini merupakan salah
satu upaya untuk membangun Jalur Sutra Baru di dunia ini dengan tujuan dari
adanya proyek ini adalah bagaimana caranya agar wilayah Tiongkok dapat
terkoneksi dengan wilayah-wilayah di luar Tiongkok yang strategis, entah itu
melalui darat maupun lautan