dc.description.abstract | Permintaan terhadap temulawak untuk keperluan industri obat tradisional di
Provinsi Jawa Timur mencapai 3,14 ton rimpang segar/ tahun. Sekitar 70% jamu
yang beredar di pasaran mengandung temulawak dan sekitar 70% hasil produksi
temulawak dari Indonesia diekspor ke luar negeri. Dalam kehidupan sehari-hari
telah ada yang menggunakan rimpang temulawak sebagai obat tradisional dan
produk kecantikan. Ada banyak manfaat dalam rimpang temulawak, salah satunya
pemanfaatan temulawak yaitu tepung rimpang temulawak. Tujuan dari penelitian
ini mengukur sifat enjiniring atau mutu fisik tepung rimpang temulawak
berdasarkan variabel pengamatan yang telah ditentukan dan membandingkan
pengaruh daya microwave dan durasi penepungan yang berbeda. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan daya
pengeringan (460W, 544W, dan 730W) dan durasi penepungan (1, 3, dan 5 menit).
Hasil penelitian menunjukkan kadar air rimpang temulawak berkisar
antara 82-88%, sedangkan kadar air tepung rimpang temulawak berkisar antara 8-
9,23%. Tepung rimpang temulawak kemudian diukur mutu fisiknya.Tepung
rimpang temulawak dengan perlakuan daya pengeringan dan durasi penepungan
yang berbeda memiliki nilai L antara 70,64-75,55; nilai a antara 11,01-12,62; nilai
b antara 59,60-66,41; densitas curah (DC) antara 0,43-0,54 g/cm3 ; daya serap air
(DSA) antara 2,55-3,47 ml/g; daya serap minyak (DSM) antara 0,83-1,23 ml/g;
dan sudut tumpukan (AoR) antara 50,60°-60,01°. Daya pengeringan dan durasi
penepungan sama-sama memiliki pengaruh terhadap mutu fisik tepung rimpang
temulawak. | en_US |