Uji Toksisitas Kombinasi Senyawa Destruksin dan Cendawan Metarhizium anisopliae Terhadap Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Abstract
Larva ulat grayak (Spodoptera litura F.) merupakan hama yang bersifat
polifag yang menyerang berbagai komoditas tanaman budidaya. Kerugian yang
ditimbulkan oleh hama yakni menurunkan produksi hingga kehilangan hasil panen.
Kisaran inang yang cukup luas dan perkembangbiakan yang sangat cepat
menyebabkan cukup sulit dalam proses pengendaliannya. Pengendalian yang
digunakan sampai saat ini masih banyak menggunakan insektisida kimia dimana
hal tersebut berdampak negatif baik bagi lingkungan maupun manusia. Oleh sebab
itu perlu adanya pengendalian yang ramah lingkungan dengan penggunaan agens
hayati, salah satunya cendawan entomopatogen dari Metarhizium anisopliae.
Pengaplikasiaan cendawan entomopatogen tidak hanya dalam bentuk makhluk
hidup akan tetapi juga senyawa metabolit sekunder atau turunannya yang bersifat
toksik. Salah satu senyawa toksik yang dihasilkan dari M. anisopliae adalah
senyawa destruksin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas dari
kombinasi senyawa destruksin dan cendawan M. anisopliae yang mana isolatnya
merupakan koleksi sdr. Ir. Sigit Prastowo, M.P. di Laboratorium Teknologi
Pengendalian OPT, PS. Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
dalam mengendalikan S. litura.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 8
perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuannya terdiri dari A= Isolat M. anisopliae asal
Balairiam kerapatan spora 107
, B= Isolat M. anisopliae asal Jember kerapatan spora
107
, C= Isolat M. anisopliae asal Madura kerapatan spora 107
, D= Senyawa
destruksin dari media cair konsentrasi 1000 ppm, E= kombinasi Isolat M. anisopliae
asal Balairiam kerapatan spora 107
dan senyawa destruksin dengan konsentrasi
1000 ppm, F= kombinasi Isolat M. anisopliae asal Jember kerapatan spora 107
dan
senyawa destruksin dengan konsentrasi 1000 ppm, G= kombinasi Isolat M.
anisopliae asal Madura kerapatan spora 107
dan senyawa destruksin dengan konsentrasi 1000 ppm, dan K= Kontrol. Variabel pengamatan yang digunakan
adalah mortalitas S. litura dari hasil mortalitas ditentukan perlakuan paling toksik
dilanjutkan dengan uji toksisitas dengan menetapakan LC50 dan LT50, pada
kerapatan spora tingkat pengenceran (104
, 105
, 106
, 107
, dan 108
) dan pada senyawa
destruksin dengan konsentrasi (300, 600, 900, 1200, dan 1500 ppm).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi senyawa destruksin dan
cendawan M. anisopliae memiliki kemampuan untuk menginfeksi larva S. litura.
Perlakuan yang memiliki tingkat mortalitas tertinggi yaitu pada perlakuan
kombinasi Isolat M. anisopliae asal Madura kerapatan spora 107
dan senyawa
destruksin dengan konsentrasi 1000 ppm. Hal tersebut dikarenakan perlakuan
kombinasi lebih cepat dalam membunuh larva S. litura, hal ini disebabkan
kerapatan spora isolat Madura lebih tinggi dibandingkan dengan isolat lainnya
sehingga banyaknya konidia yang mengalami kontak secara langsung dengan tubuh
serangga sehingga semakin banyak konidia yang menempel pada tubuh serangga
maka mortalitasnya akan semakin tinggi ditambah dengan senyawa destruksin yang
diaplikasikan secara bersamaan menyebabkan larva mengalami kerusakan pada
bagian hemosit dan pencernaan sehingga kematian S. ltura akan semakin cepat.
Berdasarkan nilai LC50 diketahui bahwasanya pada kerapatan spora M. ansiopliae
106,5 dan konsentrasi 738,77 ppm dapat membunuh 50% larva S. litura. Konsentrasi
yang memiliki nilai LT50 paling cepat yaitu pada perlakuan kerapatan spora M.
anisopliae 108
yaitu selama 4,77 hari dan konsentrasi 1500 ppm senyawa destruksin
yaitu selama 4,62 hari. Pada perlakuan kombinasi memberikan nilai LT50 tercepat
yakni 5,58 hari. Agar dapat meningkatkan efektivitas dari kombinasi senyawa
destruksin dan cendawan M. anisopliae maka perlu ditingkatkan konsentrasi
senyawa destruksin pada saat pengaplikasian sehingga diperoleh hasil yang
maksimal serta perlu dikembangkan dalam penelitian skala lapang
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]