Perlakuan Kombinasi Jenis dan Jumlah Limbah Pada Proses Biokonversi Limbah Agroindustri Menggunakan Larva Black Soldier Fly
Abstract
Salah satu upaya peningkatan kegiatan konversi limbah agroindustri yaitu
dengan memanfaatkan limbah agroindustri organik melalui kegiatan biokonversi
menggunakan Black Soldier Fly (BSF). Beberapa limbah agroindustri masih
mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh larva BSF yaitu protein dan
karbohidrat. Kemudian ketersediaannya juga cukup banyak karena
pemanfaatannya masih kurang. Limbah agroindustri tersebut seperti kulit pisang,
kotoran burung puyuh, dan ampas susu kedelai yang tersebar di Kabupaten
Jember dan Lumajang. Namun, biokonversi limbah menggunakan larva BSF
seringkali tidak memperhitungkan nutrisi dan jumlah pakan yang sesuai. Padahal
kandungan nutrisi limbah dan jumlah limbah yang dijadikan sebagai pakan dapat
berpengaruh terhadap nilai biomassa larva, konsumsi umpan larva, indeks
pengurangan limbah, dan tingkat kelulusan hidup larva. Sehingga perlu diadakan
penelitian untuk mengetahui jenis dan jumlah limbah agroindustri yang dijadikan
sebagai pakan untuk larva BSF.
Tujuan penelitian adalah (1) mengidentifikasi parameter lingkungan dan
limbah sebagai pakan yang mendukung hidup larva BSF meliputi suhu mini
biopond, suhu ruangan, kelembaban udara ruangan, pH limbah, dan kadar air
limbah. (2) menentukan pengaruh jenis dan jumlah limbah agroindustri terhadap
nilai biomassa larva, konsumsi umpan, indeks pengurangan limbah, dan tingkat
kelulusan hidup. Data diambil dari 9 kombinasi perlakuan jenis dan jumlah
limbah agroindustri yaitu LAJA, LAJB, LAJC, LBJA, LBJB, LBJC, LCJA,
LCJB, dan LCJC. Jenis limbah yang digunakan yaitu kulit pisang(LA), kotoran
puyuh+air(LB), dan ampas susu kedelai(LC). Setiap jenis limbah yang dijadikan
pakan diberi 3 perlakuan pemberian pakan dengan jumlah pakan 60(JA), 80(JB), dan 100(JC) mg/larva/hari. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan
Desember 2020. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengendalian
dan Konservasi Lingkungan, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Jember. Parameter lingkungan dan limbah sebagai pakan
yang mendukung hidup larva BSF meliputi suhu mini biopond, suhu ruangan,
kelembaban udara ruangan, pH limbah, dan kadar air limbah. Variabel terikat
yang diukur pada proses biokonversi adalah biomassa larva, konsumsi umpan
larva, indeks pengurangan limbah, dan tingkat kelulusan hidup larva.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, parameter suhu mini biopond,
suhu ruangan, kelembaban ruangan, pH limbah dan kadar air limbah dalam
penelitian sesuai dengan kondisi optimal lingkungan dan makanan larva. Suhu
mini biopond antara 26,5-27,5oC; suhu ruangan penelitian 26-28oC; kelembaban
ruangan antara 76-90%; pH limbah antara 5,57 hingga 9,00; kadar air limbah
76,49-89,06%. Hasil nilai biomassa larva BSF tertinggi pada perlakuan LCJC
(ampas susu kedelai, 100 mg/larva/hari) sebesar 5,28 g. Nilai konsumsi umpan
dan indeks pengurangan limbah tertinggi terdapat pada LCJA (ampas susu
kedelai, 60mg/larva/hari) dengan masing-masing nilai 0,26% dan 3,88%. Tingkat
kelulusan hidup larva tertinggi pada sampel LBJA dengan jenis kotoran puyuh
dan jumlah limbah 60mg/larva/hari sebesar 100%. Perlakuan jenis limbah
agroindustri sebagai pakan larva berpengaruh nyata terhadap nilai biomassa larva
BSF, konsumsi umpan, indeks pengurangan limbah, tingkat kelulusan hidup. Hal
ini terjadi karena perbedaan kandungan protein, karbohidrat, dan kadar air antar
jenis limbah. Ampas susu kedelai mengandung karbohidrat dan protein yang
paling tinggi dibandingkan dengan kulit pisang dan kotoran burung puyuh. Selain
itu, kadar air limbah kulit pisang mengandung memiliki nilai yang tinggi
dibandingkan dengan limbah lainnya. Sedangkan perlakuan jumlah limbah tidak
berpengaruh nyata terhadap nilai biomassa larva, konsumsi umpan, indeks
pengurangan limbah, tingkat kelulusan hidup larva.