dc.description.abstract | Banjir perkotaan di perumahan Muktisari biasanya terjadi secara berkala selama musim hujan. Topografi wilayah yang datar menjadi tantangan untuk mengurangi debit puncak pada saat terjadi hujan ektrem. Solusi dengan membuang air secepatnya ke sungai merupakan paradigma lama yang bertentangan dengan konsep drainase berkelanjutan. Sistem pemanenan air hujan merupakan salah satu alternatif untuk mengurang debit puncak dan terjadinya banjir. Studi ini mengkaji kelayakan sistem RWH pada skala terdistribusi di wilayah perkotaan yang tepatnya di perumahan Muktisari salah satu perumahan yang sering terjadi genangan banjir di kota Jember. Untuk pemodelan banjir, model pengelolaan air hujan (SWMM) digunakan dengan pembangunan low-impact development (LID) yaitu rain barrel sebagai tindakan pengurangan banjir. Evaluasi pemodelan banjir dengan membandingkan respon debit puncak sebelum dan sesudah menggunakan sistem pemanen hujan dengan menggunakan Storm Water Management Model (SWMM). Kinerja model dievaluasi dengan mengukur kedalaman genangan di dua lokasi saluran saat hujan terhadap hasil model dengan hujan sesaat. Koefisien korelasi masing-masing ditemukan 0,60 dan 0,80. Akhirnya, dengan menggunakan pemanenan air hujan, pengurangan luas banjir diperoleh sebesar 23.9%. Selain itu, studi menunjukkan bahwa 32,2%-95% daerah kedap air dapat menghasilkan potensi RWH tahunan sebesar 0,525 m3 dari luas atap meter persegi. Model tersebut dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang diperlukan untuk pengurangan banjir dan untuk membangun sistem RWH terdistribusi di wilayah studi. | en_US |