Analisis Efektivitas Mesin Sabut Kelapa pada Industri Cocofiber dan Cocopeat dengan Metode OEE (Overall Equipment Effectiveness
Abstract
CV. Sumbersari merupakan perusahaan yang memproduksi cocofiber dan
cocopeat yang menggunakan bahan baku dari sabut kelapa. Dalam industri ini
penggunaan alat dan mesin yang sudah bertenaga listrik sangat berpengaruh
terhadap biaya produksi, serta fakta bahwa industri ini sering mendapat pesanan
dari luar negeri yang menunjukan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang sangat
tinggi.
Untuk memastikan mesin produksi dapat bekerja dengan baik dapat
dilakukan melalui evaluasi kondisi mesin dengan penilaian overall equipment
effectiveness. (OEE) merupakan alat ukur (matric) yang sering digunakan dalam
mengukur efektivitas peralatan produksi yang dapat memberikan informasi kepada
perusahaan untuk membantu dalam menentukan kebijakan perawatan /
maintenance yang akan dilakukan. Keunggulan dari analisis OEE yaitu,
penilaiannya terfokus pada availability, performance dan quality. Oleh karena itu
perlu untuk dilakukan pengukuran efektivitas mesin dengan penilaian overall
equipment effectiveness (OEE). Maintenance sendiri akan dilakukan analisis
penyebab serta akibat dari kerusakan-kerusakan yang terjadi serta penelitian ini
menggunakan analisis fishbone untuk mempermudah analisis tersebut serta mencari
usulan perbaikan dari permasalahan tersebut.
Selama 2 bulan penelitian didapatkan hasil perhitungan OEE yaitu mesin
pengurai belum berhasil mecapai standar yaitu 85%, akan tetapi dilihan dari
komponen OEE sendiri (meliputi avaibility, performance dan quality) juga masih
belum mencapai standar. Salah faktor yang menyebabkan rendahnya nilai OEE
karena rendahnya nilai performance, standar nilai performance sendiri yaitu 95%,
sehingga nilai performance mesin masih belum mencapai nilai standar yang telah
ditentukan. Hal tersebut dikarenakan seringnya mesin mengalami breakdown,
sehingga ouput yang dihasilkan kurang maksimal kemudian mempengaruhi
tercapainya target yang sudah diterpakan oleh perusahaan.
Hasil analisis fishbone menunjukan bahwa penyebab mesin tidak mencapai
standar/sering mengalami breakown karena 5 faktor yaitu : usia mesin serta
banyaknya part mesin yang harus diganti. operator kelelahan sehingga kurang teliti
dalam mengawasi mesin. karyawan yang kurang memperhatikan prosedur
penggunaan mesin menyebabkan mesin mengalami brekadown. bahan baku yang
akan diproses kurang baik, sehingga perlu dilakukan perubahan metode perbaikan
karena terbatasnya peralatan untuk melakukan perbaikan. Listrik mati atau
penurunan daya listrik. Solusi untuk hal tersebut adalah peremajaan mesin,
menambah karyawan, sortir material, penyesuainya metode serta efisiensi listrik.