dc.description.abstract | Nasi merupakan sumber pangan yang mudah rusak. Penyediaan nasi dalam
rumah tangga dilakukan untuk lebih dari satu kali konsumsi. Sehingga
penyimpanan nasi perlu dilakukan. Penyimpanan nasi yang tidak tepat
menyebabkan cemaran mikroba. Tingkat cemaran mikroba dipengaruhi oleh
faktor lain seperti aw. Nilai aw erat sekali hubungannya dengan kadar air.
Pemasakan nasi dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti pengukusan,
liwet-kukus, microwave, ricecooker atau panas bertekanan. Perbedaan metode
pemasakan memungkinkan terjadinya perbedaan sifat nasi, termasuk kandungan
air dan aw, sehingga potensi kerusakan mikroba juga berbeda. Oleh karena itu
diperlukan penelitian mengenai perbedaan metode pemasakan nasi terhadap
cemaran mikroba. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perbedaan
metode pemasakan terhadap sifat kimia, mikrobiologis dan organoleptik nasi yang
dihasilkan.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu perbedaan metode memasak
nasi. jenis metode memasak yaitu Kukus, Kombinasi (Liwet-kukus), Microwave,
Presto, dan Rice cooker. Pengamatan dilakukan tiga kali ulangan. Penelitian ini
menggunakan 4 parameter yaitu aktivitas air (aw), kadar air, TPC dan uji
organoleptik. Data hasil pengamatan dilakukan analisi dengan metode anova dan
metode deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pemasakan yang berbeda
(kukus, kombinasi (Liwet-kukus), microwave, rice cooker, presto) memberikan
pengaruh yang nyata terhadap kadar air nasi, namun berpengaruh tidak nyata
terhadap aktivitas air nasi. Nilai aktivitas air nasi putih yang dihasilkan 0.91 –
0.92. Berdasarkan nilai aw tersebut, nasi yang dihasilkan dapat ditumbuhi baik
oleh kapang, khamir ataupun bakteri karena dari kelima sampel nasi sama-sama
memiliki nilai aw lebih dari 0,9. Total populasi mikroba dengan urutan tertinggi
pada metode pemasakan microwave (3.02 log10CFU/ml), presto (2.94
log10CFU/ml), ricecooker (2.83 log10CFU/ml), kombinasi (2.4 log10CFU/ml)
dan kukus (2.08 log10CFU/ml). Berdasarkan hasil uji correlation pada taraf
signifikan 5%, menunjukkan bahwa kadar air dan TPC memiliki korelasi
sempurna dengan nilai correlation yang diperoleh sebesar 0,870 (korelasi
sempurna 0,81 – 1,0) dan bentuk hubungan positif (+) yang berarti tingginya nilai
kadar air diikuti dengan tingginya pertumbuhan mikroorganisme. Hasil penelitian
organoleptik berdasarkan uji chi square pada taraf signifikan 5% berpengaruh
tidak nyata terhadap warna, aroma, dan rasa namun berpengaruh nyata terhadap
tekstur nasi yang dihasilkan. | en_US |