Show simple item record

dc.contributor.advisorHERRY, Bambang
dc.contributor.advisorWIBOWO, Yuli
dc.contributor.authorREZA, Elinda Sagita
dc.date.accessioned2021-05-20T02:37:13Z
dc.date.available2021-05-20T02:37:13Z
dc.date.issued2020-11-10
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/104670
dc.description.abstractKabupaten Jember merupakan daerah penghasil karet terbesar di Jawa Timur dengan total produksi mencapai 15.924 ton. Salah satu produsen perusahaan yang membudidayakan dan mengolah hasil komoditi karet yaitu Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) Kahyangan Jember. PDP Kahyangan memiliki 3 kebun induk dan 2 kebun bagian, dimana Perkebunan Gunung Pasang merupakan salah satu kebun induk yang membudidayakan komoditi karet, kopi dan cengkeh. Karet crepe yang diproduksi terdiri dari 3 mutu yang berbeda yaitu crepe mutu 1, mutu 2 dan mutu 3, ketiganya memiliki standar mutu dan nilai jual yang berbeda. Berdasarkan data produksi pada bulan Juni 2018 hingga Januari 2020, hasil produksi crepe mutu 1 terus mengalami penurunan sedangkan pada crepe mutu 2 dan 3 mengalami peningkatan. Penurunan jumlah produksi tersebut berbanding terbalik dengan permintaan konsumen yang tinggi terhadap crepe mutu 1. Perusahaan tidak mampu memenuhi target yang diharapkan sehingga mereka menyuplai hasil olah lateks dari kebun lain agar dapat mencapai target yang diharapkan. Dalam permasalahan tersebut perusahaan diharapkan mampu meningkatkan hasil produksi crepe mutu 1 agar selalu dapat memenuhi permintaan konsumen dan meminimalisir adanya kerugian bagi perusahaan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi proses kritis pada proses produksi crepe dan jenis kecacatan yang menjadi faktor penyebab penyimpangan. Jenis kecacatan yang ditemukan kemudian dianalisis menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) untuk mengetahui penyebab kecacatan yang terjadi sehingga dapat mempermudah dalam menentukan rumusan perbaikan yang akan dilakukan. Berdasarkan data produksi crepe selama 90 hari (Mei-Agustus 2020) diketahui jumlah crepe mutu 1 yang dihasilakan sebanyak 62,10% dan 37,9% merupakan produk cacat (mutu 2 dan 3). Dari data produksi yang dituang ke dalam bentuk histogram menunjukkan rata-rata sampel mengalami pergeseran proses dari target yang diharapkan perusahaan yaitu sebesar 80%. Pada peta kendali p-chart masih ditemukan 38 titik berada di bawah garis LCL, hal tersebut mengidentifikasikan bahwa proses belum stabil dan masih terdapat adanya penyimpangan. Dari hasil pengamatan jenis kecacatan yang paling sering terjadi yaitu cacat crepe bernoda dan cacat warna gelap. Hasil analisis FTA penyebab dari kecacatan tersebut antara lain disebabkan oleh pengaruh cuaca dan iklim, kontaminasi mikroorganisme, kesalahan pada proses produksi serta kualitas bahan baku lateks yang digunakan. Solusi perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan crepe mutu 1 antara lain dengan memberikan zat antikoagulan pada lateks, menjaga kebersihan peralatan dan ruangan produksi, menerapakan SOP yang telah ditentukan.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherProgram Studi Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember 2020en_US
dc.relation.ispartofseries161710301061;
dc.subjectStatistical Process Control (Spc)en_US
dc.subjectmutu kareten_US
dc.subjectkareten_US
dc.titlePenerapan Statistical Process Control (Spc) Dalam Perbaikan Mutu Karet Crepe DI Perkebunan Gunung Pasang Pdp Kahyangan Jemberen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.prodi1710301


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record