Indeks Kualitas Tanah Berdasarkan Sifat Kimia Tanah Pada Berbagai Penggunaan Lahan Di Sub DAS Curah Kangkong, Jember
Abstract
Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi tiap tahunnya mendorong
kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan lahan, akibatnya banyak lahan
pertanian yang dikonversi menjadi lahan pemukiman maupun lahan konservasi
yang berada pada daerah aliran sungai (DAS) mengalami alih fungsi lahan
menjadi lahan pertanian. Kegiatan alih fungsi lahan tersebut menyebabkan
dampak negatif berupa rusaknya sumberdaya lahan dan air yang berdampak
terhadap terjadinya degradasi lahan pada lahan-lahan yang mengalami alih fungsi,
sehingga lahan tersebut memiliki kualitas tanah yang rendah. Sub DAS Curah
Kangkong terletak di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember, dengan tipe
penggunaan lahan didominasi oleh lahan pertanian. Penggunaan lahan yang tidak
sesuai dengan keadaan lahan berdampak terhadap penurunan kualitas tanah.
Kualitas tanah merupakan faktor pendukung dalam menunjang pertumbuhan
tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai indeks kualitas tanah
(IKT) berdasarkan sifat kimia tanah pada berbagai penggunaan lahan yang
terdapat di Sub DAS Curah Kangkong.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei kualitas
tanah dan dilakukan dari bulan September 2019 sampai bulan Maret 2020 di Sub
DAS Curah Kangkong. Penentuan titik sampel dilakukan dengan mengambil titik
yang representatif dan berdasarkan arah kelerengan pada lokasi penelitian.
Pengambilan sampel tanah dilakukan secara terusik dan berdasarkan penggunaan
lahan yang terdapat di Sub DAS Curah Kangkong. Analisis tanah berdasarkan
sifat kimia tanah diantaranya C-Organik, N total, P total, P tersedia, K total, K
tersedia, KTK, pH H2O, pH KCl, Ca, Na, Mg dan KB. Data analisis sifat kimia
tanah diolah menggunakan metode Principle Component Analysis (PCA) dan
melakukan tahapan scoring dan weighting untuk memperoleh IKT.
Hasil penelitian menunjukkan parameter yang menyusun nilai IKT adalah
KB, KTK, Ca, N dan P tersedia dengan KB, Ca dan P tersedia yang memiliki
hubungan paling erat dalam menyusun nilai IKT. Nilai IKT pada wilayah
penelitian terbagi menjadi tiga kategori yaitu: sangat tinggi terdapat pada SPL 5,
tinggi terdapat pada SPL 6, 3 dan 4 dan sedang terdapat pada SPL 1 dan 2. Nilai
IKT paling tinggi terdapat pada SPL 5 dengan tipe penggunaan lahan berupa
lahan sawah, kelerengan 8-15% dan jenis tanah entisol dengan nilai IKT 0,95.
Nilai IKT terendah terdapat pada SPL 2 dengan tipe penggunaan lahan berupa
tegalan, kelerengan 15-25% dan jenis tanah inceptisol
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]