dc.description.abstract | Industri manufaktur merupakan cabang industri yang mengaplikasikan
mesin, peralatan, dan tenaga kerja untuk memudahkan pabrik mengolah bahan
mentah menjadi produk bernilai jual. Kinerja mesin menjadi salah satu hal yang
mutlak diperhatikan untuk menjamin kelancaran produksi, oleh karena itu
tindakan pemeliharaan menjadi salah satu hal yang wajib dilakukan oleh
perusahaan atau industri manufaktur. Pemeliharaan atau maintenance adalah
investasi yang secara tidak langsung memberikan profit bagi sebuah perusahaan.
Salah satu industri manufaktur yang berada di kabupaten Jember yaitu PT
Perkebunan Sentool Zidam V/Brawijaya yang mengolah lateks menjadi produk
setengah jadi yaitu crepe rubber. Crepe rubber adalah produk olahan lateks
berupa lembaran tipis dari hasil lateks yang digumpalkan, digiling, dan dijemur
dengan cara diangin-anginkan. Mesin-mesin produksi yang digunakan pada PT
Perkebunan Sentool Zidam V/Brawijaya merupakan mesin-mesin tua peninggalan
inggris yang merupakan pendiri dan pengelola awal perusahaan ini. Total
kerusakan mesin pada 4 tahun terakhir pada perusahaan ini yaitu sebanayak 58
kasus. Sistem breakdown adalah sistem pemeliharaan yang diterapkan oleh
perusahaan, dengan demikian perlu evaluasi dan pengembangan maintenance
untuk memastikan keandalan mesin.
Tujuan penelitian ini yaitu melakukan perencanaan perawatan mesin pada
PT Perkebunan Sentool Zidam V/Brawijaya, mengevaluasi efisiensi perawatan
mesin, mengurangi resiko penurunan kualitas akibat mesin breakdown, dan
membuat jadwal terencana penggantian komponen mesin. Terdapat dua metode
yang digunakan yaitu Reliability Centered Maintenance (RCM) dan Maintenance
Value Stream Mapping (MVSM). Metode ini sangat efektif digunakan dalam
pengembangan maintenance yaitu dengan menjamin setiap aset bekerja sesuai
dengan fungsinya serta memvisualisasikan aliran material dan informasi untuk
meningkatkan efisiensi perawatan mesin.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa sistem
perawatan mesin yang dilakukan efektif meningkatkan keandalan mesin. Hal
tersebut dapat dilihat dari rendahnya nilai downtime dan meningkatnya efisiensi
perawatan mesin. Komponen yang diteliti berfokus pada sistem transmisi yaitu
komponen V-Belt yang terdiri dari V-Belt penghantar daya dari penggerak, V-Belt
penghantar daya ke mesin finishing, V-Belt penghantar daya ke mesin
penghancur, V-Belt penghantar daya ke mesin six in one, dan V-Belt penghantar
daya ke mesin GT. Pemilihan tersebut didasarkan pada tingkat frekuensi
kerusakan dan kemungkinan untuk dilakukan jadwal terencana. Dengan
melakukan perhitungan menggunakan metode Reliability Centered Maintenance
diperoleh jadwal pergantian komponen V-Belt penghantar daya dari sistem
penggerak yaitu 437,4 hari, V-Belt penghantar daya ke mesin finishing 527,39
hari, V-Belt penghantar daya ke sistem penghancur 557,73 hari, V-Belt penghantar
daya ke mesin six in one 557,73 hari, dan V-Belt penghantar daya ke mesin GT
500,05 hari. Penjadwalan penggantian komponen tersebut memiliki downtime
yang relatif kecil yaitu V-Belt penghantar daya ke sistem penggerak 0,0066, VBelt penghantar daya ke mesin finishing 0,0057, V-Belt penghantar daya ke sistem
penghancur 0,0066, V-Belt penghantar daya ke mesin six in one 0,0066, dan VBelt penghantar daya ke mesin GT 0,0069. Evaluasi aktivitas perawatan
menggunakan metode Maintenance Value Stream Mapping diperoleh bahwa
terjadi peningkatan efisiensi perawatan sebesar 36,42% serta berkurangnya waktu
yang tidak memberikan nilai tambah sebanyak 19,37%. Berdasarkan evaluasi
menggunakan diagram sebab akibat diberikan usulan perbaikan yaitu penerapan
5S, penyederhaan SOP, pemesanan spare part di awal, dan pembinaan mekanik. | en_US |