Analisis Risiko Green Supply Chain Management Agroindustri Bioethanol (Studi Kasus di PT. Energi Agro Nusantara
Abstract
PT. Energi Agro Nusantara merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang energi terbarukan yaitu memproduksi bioethanol berbahan baku molases. Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, PT. Energi Agro Nusantara menerapkan konsep Green Supply Chain Management (GSCM) yang terdiri dari green procurement meliputi kegiatan pemilihan bahan baku yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, pemilihan supplier yang memiliki standar mutu lingkungan dan melakukan pengawasan serta pengendalian terhadap material berbahaya; green manufacturing, meliputi pengontrolan penggunaan zat berbahaya, pemeliharaan kualitas air, pengontrolan kualitas input sebelum dilakukan pengolahan, efisiensi penggunaan energi dan melakukan daur ulang limbah spentwash atau vinase menjadi pupuk cair dan biogas; dan green distribution, meliputi penggunaan kendaraan berbahan bakar alternatif seperti solar bersubsidi dan biofuel serta melakukan proses distribusi dalam jumlah besar. Akan tetapi penerapan dan pelaksanaan GSCM ini masih mengalami permasalahan yang kompleks diantaranya yaitu adanya bahan baku yang tercecer, adanya breakdown mesin produksi, adanya hasil samping yang masih belum dimanfaatkan secara optimal. Permasalahan tersebut berpotensi menimbulkan risiko yang dapat merugikan perusahaan
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengidentifikasi struktur supply chain agroindustry bioethanol 2) untuk mengidentifikasi risiko GSCM agroindustri bioethanol 3) untuk menentukan tingkat risiko GSCM agroindustri bioethanol 4) untuk menyusun strategi penanganan risiko GSCM agroindustri bioethanol. Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri data primer dan data sekunder. Metode analisis data penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi risiko terhadap
viii
lingkungan apa saja yang menjadi perioritas dalam proses bisnis PT. Energi Agro Nusantara mulai dari proses penerimaan bahan baku sampai dengan proses pengolahan limbah. Identifikasi ini menggunakan metode House of Risk (HOR) yang terdiri dari dua fase, yaitu HOR fase 1 digunakan untuk mengidentifikasi risiko yang terjadi pada aktivitas rantai pasok dan HOR fase 2 digunakan untuk menyusun tindakan pencegahan dari risiko prioritas.
Hasil analisis data menggunakan metode HOR fase 1 didapatkan 24 kejadian risiko dan 33 sumber risiko yang teridentifikasi. Dari hasil evaluasi HOR fase 1 diperoleh 9 sumber risiko prioritas yang dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan tindakan pencegahan, yaitu: hammering pada piping steam (A12) dengan nilai ARP sebesar 205, operasional blower pada boiler (A10) dengan nilai ARP sebesar 135, TTCA melepaskan glas chlorine ke udara (A5) dengan nilai ARP sebesar 90, hammering pada desuperheater (A22) dengan nilai ARP sebesar 60, kelalaian karyawan (human error) (A8) dengan nilai ARP sebesar 59, safety valve tidak bekerja dengan baik (A11) dengan nilai ARP sebesar 45, kegagalan pengaturan dan peralatan pengendali tekanan (A13) dengan nilai ARP sebesar 45, kadar air blowdown melebihi standar yang diizinkan (A17) dengan nilai ARP sebesar 36, dan peredam udara tidak bekerja dengan baik (A19) dengan nilai ARP sebesar 36.
Hasil Analisa data menggunakan HOR fase 2 didapatkan rekomendasi strategi penanganan prioritas dari 9 sumber risiko prioritas yaitu dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) (P5), membuka valve secara perlahan (P2), melakukan perawatan secara rutin dan berkala (preventive maintenance) (P8), melakukan drain di sepanjang jalur pipa (P3), dan pemasangan steam trap pada pipa dengan jarak 50 m (P4).