Produksi Silase Berbahan Baku Bagian Tanaman Singkong
Abstract
Tanaman singkong memiliki potensi untuk dikembangkangkan menjadi produk pakan olahan. Salah satu jenis produk pakan berbahan baku bagian tanaman singkong adalah silase. Teknik produksi silase dilakukan dengan prinsip fermentasi anaerob fakultatif. Umumnya, produk silase diproyeksikan sebagai sumber hijauan ternak dengan jangka waktu yang lama dan memiliki daya simpan yang panjang. Akan tetapi, tanaman singkong memiliki kandungan HCN (asam sianida) yang tinggi sehingga perlu dilakukan perlakuan penghilangan senyawa HCN sebelum proses fermentasi silase berlangsung. Perlakuan yang digunakan untuk mengurangi kandungan HCN pada bagian tanaman singkong adalah pelayuan. Pemilihan proses pelayuan didasarkan pada hasil penelitian pendahuluan terkait efek pengurangan senyawa HCN bahan dengan meminimalisir kerusakan komponen nutrisi yang lain. Selain proses pelayuan, penambahan zat aditif berupa EM4 juga mempengaruhi produk akhir silase. Penambahan EM4 dilakukan untuk meningkatkan jumlah BAL (Bakteri Asam Laktat) yang tumbuh selama proses fermentasi berlangsung. Asam-asam organik yang dihasilkan dari hasil metabolisme BAL akan mengurangi nilai pH menjadi 4-3, sehingga produk akan memiliki umur simpan yang panjang. Pada penelitian ini, produksi silase dilakukan berdasarkan durasi waktu fermentasi 0, 7, 14 dan 21 hari. Bahan baku yang digunakan adalah bagian tanaman singkong yan terdiri dari daun, batang muda, umbi dan kulit umbi. Perlakuan yang digunakan dibagi menjadi 3 kombinasi yaitu fermentasi tanpa air, fermentasi dengan air 5% dan fermentasi dengan air 5% ditambah EM4 1%. Parameter mutu yang dianalisis untuk produk silase antara lain kadar air, HCN (asam sianida), nitrogen, amoniak, nilai pH, abu, lemak, serat kasar, TDN (Total Digestible Nutrient), DE (Digestible Energy) dan total BAL. Berdasrkan hasil penelitian menunjukkan bahwa produk silase berbahan baku bagian tanaman singkong memiliki kadar air tertinggi 76,03% dan terendah 60,90%. Parameter mutu yang lain dihitung berdasarkan mode db (dry basis) sehingga kadar air memiliki peranan absolut untuk menentukan kadar nutrisi secara db. Kandungan HCN terendah pada produk silase 40,71 ppm dan tertinggi 76,94 ppm. Kadar nitrogen total tertinggi 12,8% dan terendah 7,12% sedangkan untuk kadar amoniak tertinggi sebesar 20,94% dan terendah 12,75%. Hasil analisis nilai pH menunjukkan bahwa produk akhir silase memiliki pH asam dengan kisaran 4,78-3,29. Produk silase secara keseluruhan memiliki nilai TDN tertinggi 79,01% dan terendah 72,82%. Potensi petumbuhan tertinggi terjadi pada durasi fermentasi 0-14 hari dan hari selanjutnya BAL akan berada pada fase statis sampai dengan kematian.