Analisis Risiko Petani Salak Pondoh (Salacca Zalacca Gaertner Voss) Kabupaten Lumajang
Abstract
Salak (Salacca edulis) merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang cukup populer di Indonesia. Salak di Indonesia memiliki prospek yang baik dipasar dalam negeri maupun luar negeri. Salak adalah salah satu jenis palma yang buahnya dapat dimakan. Luas areal tanam salak Pronojiwo 565 ha, dengan luasan yang sudah berproduksi sekitar 70 % nya dengan produktivitas rata-rata 80 kuintal/ha per tahun, sedangkan potensinya bisa mencapai 200 - 300 ton/ha per tahun. Kurangnya produksi dan berubahnya harga salak pondoh disebabkan oleh banyaknya produk yang rusak dan grade yang tidak sesuai kriteria salak pondoh. Selain itu faktor eksternal dan internal saat proses produksi seperti faktor hama dan penyakit, cuaca tidak menentu, permodalan, dan sumber daya manusia dapat mempengaruhi kuantitas maupun kualitas salak pondoh yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko pada tiap aktivitas pasca panen salak 2) untuk menganalisis tingkat prioritas penyebab risiko petani salak 3) untuk menyusun strategi pengendalian risiko petani salak. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan model SCOR untuk memetakan aktivitas rantai pasok dan House Of Risk (HOR), hor terdiri dari dua fase yaitu hor fase 1 digunakan untuk mengidentifikasi risiko yang terjadi pada petani dan hor fase 2 digunakan untuk menyusun rekomendasi perbaikan dari risiko prioritas. Hasil dan pembahasan menunjukkan bahwa dari hasil identifikasi mendapatkan 22 kejadian risiko dan 21 sumber risiko. Dari hasil pemetaan house of risk fase 1 diperoleh 9 agen risiko terpilih yang akan dijadikan bahan petimbangan dalam penyusunan aksi mitigasi yaitu : A-4 (penggunaan pupuk dan pestisida kurang optimal) dengan nilai ARP (Aggregate Risk Potential) sebesar 1302.675, A-1 (cuaca dan iklim) dengan nilai ARP sebesar 1277.55, A-8 (penyerbukan kurang optimal) dengan nilai ARP sebesar 1266.225, A-14 (obat kurang rutin) dengan nilai ARP sebesar 1111.95, A-13 (pemilihan pupuk yang masih belum tepat) dengan nilai ARP sebesar 1101.625, A-19 (adanya buah musiman) dengan nilai ARP sebesar 1090.425, A-7 (hama) dengan nilai ARP sebesar 961.65, A-12 (tenaga kerja kurang teliti) dengan nilai ARP sebesar 927.675 dan A-10 (tenaga kerja kurang hati-hati) dengan nilai ARP sebesar 856.475. Rekomendasi perbaikan yang perlu dilakukan dari 9 risiko prioritas adalah sebagai berikut a) adanya pelatihan tenaga kerja dari kelompok tani. b) melakukan pengawasan saat proses panen. c) pemilihan pupuk harus tepat sesuai kelembaban tanah. d) penyuluhan dari pemerintah mengenai pupuk dan pestisida. e) melakukan evaluasi rutin. f) melakukan pengobatan secara rutin untuk menghadapi hama tikus dan tupai. g) merencanakan dan melaksanakan penyerbukan rutin. h) pemilihan obat/pestisida yang tepat. i) memperluas pemasaran dari buah salak sehingga meminimalisir pendapatan yang minim.