Show simple item record

dc.contributor.advisorYUWANTI, Sih
dc.contributor.advisorFAUZI, Mukhammad
dc.contributor.authorNURCAHYO, Muhammad Dwi
dc.date.accessioned2019-11-26T08:17:43Z
dc.date.available2019-11-26T08:17:43Z
dc.identifier.nimNIM141710101088
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id//handle/123456789/96336
dc.description.abstractKerupuk merupakan makanan ringan yang terbuat dari tapioka atau sagu dengan atau tanpa bahan tambahan makanan lain yang diijinkan. Di Indonesia, kerupuk merupakan makanan yang popular. Proses pembuatan kerupuk terdiri dari tahap pembuatan adonan, pengulenan, pencetakan adonan, pengukusan dan pengeringan. Tahap pengeringan merupakan tahap yang penting untuk mengurangi kadar air kerupuk hingga mencapai kadar air 12%. Pada umumnya, proses pengeringan kerupuk di UMKM hanya menggunakan penjemuran di bawah sinar matahari. Metode pengeringan menggunakan sinar matahari memiliki kelebihan yaitu biaya operasionalnya rendah, namun memiliki kelemahan yaitu membutuhkan lahan luas untuk menjemur, terkontaminasinya bahan yang dikeringkan oleh debu atau bahan lain yang berasal dari lingkungan sekitar tempat penjemuran, dan sangat mengandalkan panas sinar matahari. Proses pengeringan yang bergantung pada sinar matahari menjadi kendala bagi UMKM karena tidak dapat produksi secara kontinyu dan target produksi tidak dapat dicapai. Kondisi cuaca yang tidak menentu menyebabkan pengeringan tidak dapat berjalan sempurna. Salah satu alternatif untuk mengurangi kendala pada tahap pengering adalah menggunakan pengering kabinet. Kelebihan mesin pengering buatan dengan tipe kabinet adalah lebih ringkas, sederhana, tidak memakan banyak tempat, dan mudah dioperasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa alat pengering kabinet dengan sumber LPG untuk pengeringan kerupuk. Pengujian alat pengering ini menggunakan 2 variasi suhu yaitu suhu 50oC dan 70oC. Masing-masing suhu menggunakan perlakuan kapasitas 25%, 50%, 75%, dan 100%. Penelitian ini diawali dengan melakukan pengujian kadar air kerupuk basah yang akan digunakan sebagai dasar penghentian proses pengeringan menggunakan pengering kabinet dengan prediksi kadar air ±12. Dilanjutkan pengujian pengering kabinet di UD. Lima Jaya Mangli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak kapasitas mesin pengering kabinet akan meningkatkan lama waktu pengeringan, laju pengeringan, konsumsi energi spesifik, konsumsi bahan bakar dan laju konsumsi bahan. Pengeringan dengan suhu 70oC memiliki kebutuhan waktu pengeringan lebih kecil daripada 50oC. Konsumsi energi spesifik, kebutuhan bahan bakar, laju pengeringan dan laju konsumsi bahan bakar suhu 70oC lebih besar daripada suhu 50oC.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries141710101088;
dc.subjectPengering Kabineten_US
dc.subjectLpgen_US
dc.subjectPengeringan Kerupuken_US
dc.subjectKapastasen_US
dc.subjectSuhuen_US
dc.titleUji Operasional Pengering Kabinet Berbahan Bakar LPG Pada Pengeringan Kerupuk Berbagai Kapastas dan Suhuen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record