PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN TANGGAPAN TERHADAP PERISTIWA SECARA LISAN DENGAN MENERAPKAN METODE “PROBLEM SOLVING” PADA SISWA KELAS V SDN RANGPERANG DAYA 02 KECAMATAN PROPPO KABUPATEN PAMEKASAN
Abstract
Pendidikan bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang
perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini
diberikan sejak SD dan mendapat porsi jam yang banyak. Dari situ siswa
diharapkan mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan
keterampilan berbicara. Dengan belajar berbicara siswa belajar berkomunikasi.
Dengan demikian, kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan
Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk menerapkan metode problem
solving dalam upaya meningkatkan keterampilan dalam memberikan tanggapan
terhadap peristiwa secara lisan pada siswa kelas V SDN Rangperang Daya 02
Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan (2) Untuk mengetahui prestasi belajar
keterampilan dalam memberikan tanggapan pada suatu peristiwa secara lisan
dengan menggunakan metode problem solving bagi siswa Kelas V
SDN Rangpereang Daya 02.Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan.
Pelaksanaan penelitian ini Tindakan kelas ini dilakukan di Kelas V
SD Negeri Rangperang Daya 02 Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan tahun
pelajaran 2009/2010. Jumlah subjek sebanyak 25 siswa. Penelitian ini
menggunakan Penelitian kualitatif dan jenis penelitiannya adalah penelitian
tindakan kelas yang dilakukan sebanyak 2 siklus. Metode pengumpulan data
melalui obeservasi, wawancara, tes, dan dokumentasi teknis. Teknik analisis data
yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Peningkatan
kemampuan siswa Kelas V SDN Rangperang Daya 02 Kecamatan Proppo
Kabupaten Pamekasan pada pembelajaran memberikan tanggapan secara lisan
dengan menggunakan metode problem solving tersebut dapat dilihat dari
penigkatan hasil belajar siswa pada prasiklus, siklus I, dan siklus II. Hal ini
dibuktikan bahwa sebelum adanya tindakan (prasiklus), jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan belajar sebanyak 15 siswa ( 60% ) dan 10 siswa ( 40%)
masih belum tuntas. Pada siklus I setelah diterapkan tindakan meningkat menjadi
18 siswa( 72% ) yang mendapat nilai tuntas dan 7 siswa ( 28% ) yang masih
belum tuntas. Setelah tindakan kedua (siklus II), jumlah siswa yang memperoleh
nilai tutas sebanyak 23 siswa ( 92% ) dan yang memperoleh nilai tidak tuntas
sebanyak 42siswa ( 8% ).
Kepada para guru Kelas V di sekolah dasar dalam pengajaran bahasa
Indonesia mengenai materi memberikan tanggapan secara lisan yang
menggunakan metode problem solving, biasakan pada siswa untuk melakukan
kerja kelompok, sebagai upaya untuk mengaktifkan semua potensi yang dimiliki
siswa terutama melatih ketrampilan berbicara