PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL INSTRUKSIONAL DDFK (DEFINISI, DESAIN, FORMULASI, DAN KOMUNIKASI) – PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 AMBULU JEMBER 2010 - 2011
Abstract
Fisika merupakan bidang ilmu yang banyak membahas tentang alam dan
gejalanya, dari yang bersifat riil (terlihat secara nyata) hingga yang bersifat abstrak.
Pada tingkat SMP, fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu
(IPA Terpadu) yang menerangkan tentang kejadian-kejadian alam. Pembelajaran
fisika di SMP bertujuan untuk mengembangkan keterampilan proses untuk
memperoleh konsep-konsep fisika dalam menumbuhkan nilai dan sikap ilmiah siswa.
Berdasarkan observasi awal di kelas VII A SMP Negeri 1 Ambulu Jember
menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa masih tergolong rendah. Hal ini
ditunjukkan pada saat Pra-siklus persentase aktivitas belajar siswa hanya 39,9%.
Berdasarkan data ulangan harian kelas VII A siswa yang dapat dinyatakan tuntas
belajar sebesar 51,4% merupakan ketuntasan hasil belajar rendah. Mengingat
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dicapai siswa agar dapat dikatakan
tuntas dalam mengikuti pembelajaran yaitu minimal memperoleh nilai ≥70 (Sumber:
keputusan Kepala sekolah SMP Negeri 1 Ambulu berdasarkan rapat dengan MKKS).
Hal ini ditunjukkan berdasarkan pada data ulangan harian kelas VII A dari 35 siswa,
sebanyak 16 siswa dinyatakan tuntas belajar dan mendapatkan nilai ≥70; sedangkan
19 siswa lainnya dinyatakan tidak tuntas.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan perbaikan pembelajaran dengan
menerapkan model Instruksional DDFK-Problem Solving untuk meningkatkan
aktivitas dan ketuntasan hasil belajar fisika siswa kelas VII A di SMP Negeri 1
Ambulu. kelebihan model Instruksional DDFK- Problem Solving adalah Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, Menumbuhkan sikap percaya
diri, Mendorong siswa untuk bisa merumuskan hipotesis sendiri.
Penelitian ini dilakukan di Kelas VII A SMP Negeri 1 Ambulu. Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, post-test dan dokumentasi. Teknik
Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif.
Hasil Analisis dari data observasi memperlihatkan bahwa aktivitas belajar
siswa sesudah dilaksanakan tindakan pada siklus 1 telah mengalami peningkatan
yaitu besarnya persentase aktivitas belajar siswa secara klasikal mencapai 57,77%
dan berada pada kategori sedang. Sedangkan pada siklus 2 aktivitas belajar siswa
telah mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan besarnya persentase secara
klasikal aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 69,6% dan berada dalam kategori
aktif atau aktivitas Tinggi. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa
aktivitas belajar siswa pada siklus 1 dan siklus 2 secara keseluruhan dapat dikatakan
telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum adanya tindakan.
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebelum adanya tindakan adalah sebesar
54,2%, pada pembelajaran siklus 1 sebesar 65,7% dan pada siklus 2 sebesar 80%.
Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Penerapan Model Instruksional DDFK-
Problem Solving dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas VII A SMP
Negeri 1 Ambulu semester ganjil tahun 2010/2011 pada tiap siklusnya. Sebelum
dilaksanakan perlakuan aktivitas belajar siswa secara klasikal hanya mencapai 39,9%,
pada siklus 1 telah meningkat yaitu sebesar 57,77%. Pada siklus 2 besarnya
persentase secara klasikal aktivitas belajar siswa telah mengalami peningkatan yaitu
sebesar 69,6%. dengan kategori aktif atau kategori aktivitas tinggi. (2) Penerapan
Model Instruksional DDFK- Problem Solving dapat meningkatkan ketuntasan hasil
belajar siswa di kelas VII A SMP Negeri 1 Ambulu semester ganjil tahun 2010/2011
pada tiap siklusnya. Pada siklus I ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 65,7%.
Sedangkan pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 80 %. Sehingga
dengan perolehan persentase sebesar 80% termasuk dalam kategori tuntas.