Pandangan Mahasiswa Universitas Jember terhadap LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) mengenai HAM, Diskriminasi, dan Penyimpangan
Abstract
Pandangan Mahasiswa Universitas Jember Terhadap LGBT Mengenai:
HAM, Diskriminasi, dan Penyimpangan, Rofika Aliffatulisa, 140910302044, 111
Halaman. Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jember.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pandangan mahasiswa di Universitas Jember mengenai LGBT (Lesbian, Gay,
Biseksual, Transgender). Hal ini didasari karena kita ketahui sendiri jika isu
mengenai seksualitas masih tabu di masyarakat Indonesia. Sedangkan mulai
banyak bermunculan pelaku LGBT yang menunjukkan identitasnya serta terdapat
beberapa gerakan yang mendukung LGBT.
Penelitian ini menggunakan teori struktural fungsional. yakni teori yang
memiliki pandangan bahwa masyarakat adalah sebagai suatu sistem yang teratur
yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama lain,
dimana apabila salah satu fungsi dari komponennya terganggu maka akan
mempengaruhi bagi keseluruhan komponen yang ada. Teori ini juga memiliki
pemikiran jika masyarakat memiliki fungsi masing-masing. Fungsi ini diikuti
dengan status dan peran yang akan ia jalani. Masyarakat atau suatu sistem
digambarkan sebagai tubuh, yakni dimana setiap bagian-bagian organnya harus
berfungsi dengan baik agar tubuh berfungsi dengan sewajarnya. Menurut Parson
terdapat empat syarat agar masyarakat berfungsi sebagaimana mestinya, yakni
Adaptation, Goal attainment, Integration, dan Latency (AGIL). Kemudian
muridnya Merton melengkapi teorinya dengan konsep fungsi, disfungsi, fungsi
nyata (manifest), fungsi tersembunyi (laten), dan keseimbangan (equilibrium).
Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah kuantitatif dengan desain
penelitian survei dengan menerapkan prinsip probabilitas untuk penarikan sampel.
Teknik yang digunakan adalah teknik sampling. Dengan teknik ini setiap anggota
memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi responden. Dengan prinsip
probabilitas, pengukuran yang akan dilakukan dapat terlaksana meski tidak
melibatkan keseluruhan dari anggota populasi. Hasil dari survei yang dilakukan
dapat digeneralisasikan sebagai hasil dari suara mayoritas.
Hasil penelitian ini adalah Mayoritas responden menjawab mahasiswa
ideal adalah mahasiswa yang berwawasan luas, mandiri dalam berpikir dan
bertindak, bersikap luhur, dan berperan aktif dalam menyuarakan kehidupan
masyarakat. Pengetahuan mahasiswa mengenai LGBT meliputi orientasi seksual
merupakan perasaan yang meliputi emosi, romantis dan ketertarikan seksual
terhadap lawan jenis ataupun keduanya (laki-laki maupun perempuan), identitas
seksual adalah sebagai kesadaran seseorang akan suatuhubungan dengan
kecenderungan seksual yang ia miliki, mahasiswa mngetahui informasi LGBT
dari media cetak dan elektronik, LGBT timbul karena faktor sosial dan dapat
disembuhkan, mahasiswa melihat adanya fenomena LGBT di sekitar kampus,
perkawinan sesama jenis dilarang.
Dari tabulasi silang maka didapat data bahwa responden dengan orientasi
homoseksual berada di usia 22 tahun, 21 tahun, dan 20 tahun. Sedangkan
biseksual di rentang usia 21 dan 20 tahun. Dan bisa kita lihat jika responden
heteroseksual didominasi usia 20 tahun. responden yang ikut serta dalam
komunitas LBGT berada di usia 18 dan 20 tahun. Mayoritas responden dengan
orientasi heteroseksual sepakat jika LGBT adalah pendosa, namun dapat
disembuhkan. Mayoritas responden heteroseksual tidak setuju jika pelaku LGBT
perlu diakui dan perlu diperlakukan setara dalam berbagai bidang. Mayoritas
responden yang tinggal dengan orang tua sepakat apabila Pelaku LGBT Tidak
Boleh Dijauhi, Namun Harus Dirangkul dan Dibina Agar Dapat Sembuh.
Persepsi mahasiswa memiliki fungsi, yakni fungsi nyata (manifest)
mahasiswa adalah penjembatan antara masyarakat dan pelaku LGBT agar tidak
terjadi kesalahpahaman diantara keduanya. Fungsi tersembunyi persepsi
mahasiswa adalah memobilisasi pelaku LGBT untuk membuka identitas dan
melangsungkan kegiatan mereka secara terbuka.