Analisis Persepsi tentang Faktor Penyebab Stres Kerja pada Operator Produksi PLTU Paiton Unit 9
Abstract
Stres kerja adalah sesuatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya
ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir,
dan kondisi seorang karyawan. Operator produksi merupakan salah satu bagian
yang rawan mengalami stres kerja. Di PLTU Paiton unit 9 setiap hari operator
produksi terpapar langsung oleh sumber-sumber stres seperti kebisingan, suhu
panas, bau, pencahayaan, ketinggian, dan lain sebagainya. Operator produksi
memiliki tuntutan pekerjaan yang tinggi karena harus bertanggung jawab terhadap
seluruh operasional turbin, boiler, WTP, dan coal and ash handling. Selain itu,
permasalahan keluarga dan kepribadian juga dapat mempengaruhi kondisi
psikologis operator produksi. Hal tersebut dapat menimbulkan tekanan kerja yang
biasa disebut stres kerja. Stres kerja yang tidak ditangani maka kondisinya akan
semakin berat dan dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja atau
bahkan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
Hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan pada 10 orang operator
produksi PT. PJB UBJ O&M PLTU Paiton Unit 9 pada bulan Maret 2019 dengan
menggunakan kuesioner OSI-R didapatkan hasil bahwa 20% responden
terindikasi stres berat, 40% stres sedang, dan 40% stres ringan. Data tersebut
menunjukkan bahwa terdapat permasalahan pada tingkat stres yang dialami oleh
operator produksi PT. PJB UBJ O&M PLTU Paiton Unit 9.Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis hubungan persepsi tentang faktor penyebab stres kerja
dengan stres kerja pada operator produksi PLTU Paiton Unit 9.
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dandesain cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh operator produksi di PT. PJB UBJ
O&M PLTU Paiton Unit 9 sejumlah 115 orang sedangkan sampel yang diambil
sebanyak 41 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik
simple random sampling. Data diolah dengan uji statistik Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
karakteristik individu yang baik, paling banyak responden memiliki persepsi yang
cukup baiktentang faktor lingkungan, sebagian besar responden memiliki persepsi
yang cukup baiktentang faktor organisasi, sebagian besar responden memiliki
faktor pribadi yang cukup baik, paling banyak responden mengalami stres kerja
kategori ringan.Hasil uji hubungan faktor yang berhubungan dengan stres kerja
yaitu persepsi tentang faktor lingkungan (p=0,000), persepsi tentang faktor
organisasi (p=0,001), faktor pribadi (p=0,014). Faktor yang tidak berhubungan
dengan stres kerja yaitu karakteristik individu (p=0,101).
Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah pihak
perusahaan memberikan sosialisasi atau edukasi mengenai stres kerja,
meningkatkan keterlibatan pekerja dalam pengambilan keputusan dan
penyelesaian masalah, melakukan pengukuran stres kerja secara berkala,
melakukan penanganan yang cepat atau konseling apabila perusahaan menemukan
adanya karyawan yang mengalami stres kerja. Pekerja selalu berpikir positif
terhadap lingkungan di tempat kerja namun tetap waspada dan mematuhi SOP,
lebih terbuka kepada atasan untuk menyampaikan hal-hal yang memang harus
disampaikan serta memperbaiki kualitas hidup agar menjadi lebih baik. Peneliti
selanjutnya perlu melakukan pengukuran faktor lingkungan secara objektif/aktual
dengan alat ukur yang objektif, meneliti faktor penyebab stres kerja yang
belumditeliti serta menggunakan metode kualitatif atau metode yang lebih
mendalam.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]