Kloning DNA Pengkode Cytochrome c Oxidase Subunit 1 (COI) Pada pTA2 Sebagai Dasar Identifikasi Vektor Malaria Anopheles vagus
Abstract
Anopheles dapat dikatakan sebagai vektor malaria di suatu daerah apabila
terbukti positif mengandung sporozoit dan atau oocyt (Elyazar et al., 2013; WHO,
2003). Setiap daerah endemik malaria, biasanya ditemukan satu atau paling
banyak tiga spesies Anopheles yang berperan penting dalam transmisi patogen
(Wijayanti, 2012). Terdapat sekitar 400 spesies Anopheles tetapi hanya 67 spesies
yang bertindak sebagai vektor dan 24 diantaranya ditemukan di Indonesia.
Anopheles vagus dilaporkan mendominasi di desa Bangsring kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2017 dan diduga menjadi vektor malaria di Bangladesh,
Sri Lanka (Verhaeghen et al., 2010; Wibisono, 2017). Diantara sekian banyak
spesies Anopheles, terdapat beberapa spesies yang menunjukkan kesamaan
morfologi namun secara genetik memiliki perbedaan. Spesies yang demikian
disebut sebagai sibling species (Harwin et al., 1969; Sukowati et al., 2005).
Sibling species menunjukkan perilaku yang berbeda seperti kebiasaan menggigit, distribusi, dan kapasitas vektorial yang berbeda. Oleh karena itu identifikasi
secara morfologi saja tidak cukup. Metode yang dapat digunakan untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai identitas vektor yaitu identifikasi
molekuler (Weeraratne et al., 2017).