Profil Berpikir Kreatif Siswa Menurut Wallas dalam Menyelesaikan Soal Materi Kubus Ditinjau dari Tipe Kepribadian Keirsey
Abstract
Pendidikan memiliki peran yang strategis dalam menciptakan kehidupan
manusia yang berdedikasi, santun, dan terbuka. Dunia pendidikan mempunyai
tugas dalam menghasilkan output sumber daya manusia yang berkualitas, berdaya
saing, serta berakhlak mulia demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Pada
prinsipnya manusia memiliki karakter yang berbeda-beda antara satu dengan yang
lain, sehingga masing-masing invidu juga memiliki pola pikir yang berbeda juga.
Menurut Keirsey (1998) menggolongkan tipe kepribadian sebagai The
Keirsey Temperament Sorter (KTS) yakni Artisan, Idealist, Guardian, dan
Rational.Menurut Susanti (2018) Perbedaan kepribadian tersebut juga
berpengaruh terhadap profil berpikir kreatif siswa saat menyelesaikan suatu
masalah, seperti pada penyelesaian masalah matematika. Kemampuan berpikir
kreatif mencakup beberapa aspek, yaitu kefasihan (fluency), fleksibilitas
(flexibility), dan kebaruan (originality) (Saefudin, 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil berpikir kreatif
siswa berdasarkan tipe-tipe kepribadian menurut Keirsey. Jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah
4 siswa kelas IX-C MTs Al-Qodiri Jember yang memiliki skor minimum masingmasing 1 orang bertipe Artisan, Idealist, Guardian, Rational. Penelitian ini
dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah angket tipe kepribadian, tes soal, dan pedoman wawancara.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, subjek penelitian cenderung
melalaui tahapan-tahapan pada proses berpikir kreatif menurut Wallas. Adapun
perbedaan dalam proses berpikir kreatif siswa tipe Artisan (A), Idealist (I),
Guardian (G), dan Rational (R) adalah sebagai berikut.
Siswa tipe Artisan ( A) mampu mendapatkan data apa yang diketahui dan
ditanyakan pada soal dengan jelas dan benar. Pada tahapan inkubasi, siswa A
melalui proses merenung atau diam sejenak ketika memikirkan dua ide
penyelesaian. Pada tahapan iluminasi, siswa tersebut mampu menuliskan dan
memaparkan dua ide penyelesaian dengan benar sesuai jawaban. Pada tahapan
verifikasi, siswa A memeriksa kembali jawabanya dengan memeriksa kembali
cara mulai dari awal dan menghitung ulang jawabanya.
Siswa tipe Idealist (I) dalam tahapan preparasi mampu menjelaskan dan
menuliskan data yang diketahui dan ditanyakan dalam soal walaupun hanya
simbol saja. Pada tahapan inkubasi siswa I melalui proses perenungan untuk
memperoleh satu ide penyelesaian dengan cara yang sederhana. Pada tahapan
iluminasi siswa I menuliskan di lembar jawaban hanya satu ide penyelesaian.
Pada tahapan verfikasi siswa tersebut tidak ememriksa kembali cara dan jawaban
dikarenakan yakin dengan cara dan jawabanya sendiri.
Siswa tipe Guardian (G) dalam tahapan preparasi, siswa ini mampu
memperoleh data yang diketahui dan ditanyakan pada soal dengan jelas dan benar.
Pada tahapan inkubasi siswa G memiliki perbedaan antara coretan dan saat proses
wawancara, dikarenakan pada lembar coretan hanya menuliskan satu ide
penyelesaian sedangkan pada saat wawancara dapat memaparkan dua ide
penyelasaian, hal tersebut sama ketika masuk tahapan iluminasi, siswa G di
lembar jawabanya hanya menuliskan satu ide penyelesaiain sedangkan saat
wawancara dapat menyampaikan dua ide penyelesaian. Pada tahapan verifikasi,
siswa G mengecek kembali cara dan jawabanya yang hanya satu ide penyelesaian.
Siswa tipe Rational (R) pada tahapan preparasi mampu menuliskan dan
memaparkan data yang diketahui dan ditanyakan pada soal dengan jelas dan
benar. Pada tahapan inkubasi, siswa R dalam proses merenung dapat menemukan
ide penyelesain yang unik dari teman lainya. Pada tahapan iluminasi siswa R
menuliskan satu ide penyelesaian dengan cara yang unik berbeda dengan siswa
yang lain. Pada tahapan verifikasi siswa R memeriksa kembali cara yang unik
tersebut agar memperoleh jawaban yang valid.