Optimalisasi Usahatani Sayur Tumpangsari di Desa Sukorambi Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember
Abstract
Permasalahan produktivitas sayur yang masih rendah dan fluktuasi harga
sayur dialami oleh salah satu kabupaten di Jawa Timur yaitu Kabupaten Jember.
Permasalahan tersebut dapat diatasi oleh petani dengan menerapkan sistem tanam
tumpangsari. Desa Sukorambi Kecamatan Sukorambi merupakan daerah di
Kabupaten Jember yang menerapkan sistem tanam tumpangsari komoditas sayur
dan memiliki produksi sayur tertinggi di Kabupaten Jember. Setiap sayur dalam
satu lahan menghasilkan produksi dan harga jual yang tidak sama pada tiap petani
yang mengusahakannya serta penggunaan faktor produksi dengan jumlah dan
biaya yang tidak sama untuk setiap tanaman sayuran. Permasalahan yang dihadapi
petani adalah menentukan jenis sayur yang harus ditanam dengan keterbatasan
faktor produksi yang ada untuk memperoleh keuntungan maksimal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Kombinasi
tanaman sayur tumpangsari pada petani yang memberikan keuntungan maksimal,
(2) Optimalisasi faktor produksi usahatani sayur tumpangsari, (3) Kondisi aktual
dan maksimal keuntungan usahatani sayur tumpangsari. Penentuan daerah
penelitian dilakukan dengan purposive method yaitu di Desa Sukorambi
Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember dengan pertimbangan Desa Sukorambi
berkontribusi tinggi dalam memproduksi sayur di Kabupaten Jember dan
menerapkan sistem tanam tumpangsari. Metode penelitian yang dilakukan adalah
deskriptif dan analitik. Teknik pengambilan sampel menggunakan quota
sampling. Tehnik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi
dan dokumentasi. Metode analisis menggunakan metode linear programming
dengan bantuan program komputer QM For Windows.
Hasil penelitian yang dilakukan pada luas lahan 1 Ha dalam satu kali
tanam di musim kemarau mulai dari Bulan April tahun 2019 menunjukkan bahwa
keuntungan maksimal model tumpangsari 1 sebesar Rp302.147.057 diperoleh
dengan menanam sayur sawi pada luas lahan 5.713 m
2
dan sayur bayam pada luas
lahan 14.293 m
2
. Keuntungan maksimal model tumpangsari 2 sebesar
Rp433.636.984 diperoleh dengan menanam sayur sawi pada luas lahan 12.146 m
2
,
sayur bayam pada luas lahan 14.282 m
2
dan sayur kangkung pada luas lahan
235 m
2
. Keuntungan maksimal model tumpangsari 3 sebesar Rp731.841.365
diperoleh dengan menanam sayur sawi pada luas lahan 10.244 m
2
, sayur bayam
pada luas lahan 14.418 m
2
dan sayur kemangi pada luas lahan 14.350 m
2
.
Keuntungan maksimal model tumpangsari 4 sebesar Rp679.400.017 diperoleh
dengan menanam sayur bayam pada luas lahan 14.337 m
2
, sayur sawi pada luas
lahan 13.762 m
2
, sayur kenikir pada luas lahan 5.767 m
2
dan sayur kemangi pada
luas lahan 14.450 m
2
. Lahan untuk menanam sayur bayam merupakan faktor
produksi langka pada tumpangsari model 1, 2, 3 dan 4. Lahan untuk menanam
sayur kemangi merupakan faktor produksi langka pada tumpangsari model 3 dan
4. Pupuk ZA merupakan faktor produksi langka pada tumpangsari model 1. Pupuk
kandang merupakan faktor produksi langka pada tumpangsari model 2, 3 dan 4.
Pestisida callicron merupakan faktor produksi langka pada tumpangsari model 2
dan 4. Peningkatan keuntungan tertinggi pada kondisi keuntungan maksimal yaitu
pada model tumpangsari 4 sebesar Rp22.086.091 atau meningkat 18,5% dari
kondisi keuntungan aktual. Peningkatan keuntungan tertinggi pada kondisi
keuntungan maksimal yaitu pada model tumpangsari 4 sebesar Rp95.624.303 atau
meningkat 16,4 % dari kondisi keuntungan aktual. Peningkatan keuntungan
terendah pada kondisi keuntungan maksimal yaitu pada model tumpangsari 1
sebesar Rp35.528.745 atau meningkat 13,3% dari kondisi keuntungan aktual.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]