IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) (Studi Kasus di Sekolah Inklusi SMA Negeri 10 Surabaya)
Abstract
Pendidikan mempunyai peran penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara sebagai upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, karena
melalui pendidikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat terwujud. Sumber
daya manusia yang berkualitas dapat membawa dampak terhadap pembangunan suatu
negara. Pembangunan manusia di Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara
tetangga di ASEAN, saat ini Indonesia menempati peringkat 124 dari 187 negara
dibawah Singapore (26), Brunei Darusssalam (33), Malaysia (61), Thailand (103),
dan Philippines (112). Memperoleh pendidikan yang layak merupakan hak setiap
warga negara tanpa memandang apa pun, termasuk anak yang berkebutuhan khusus.
Karena dengan pendidikan yang diperoleh seseorang dapat meningkatkan taraf
kehidupannya untuk lebih baik.
Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Indonesia masih jauh
dari harapan, masih banyak ABK yang belum mendapatkan pendidikan yang layak,
masih banyak para ABK di usia sekolah yang belum mengenyam pendidikan di
sekolah. Dengan adanya Undang-undang dan peraturan-peraturan dari pemerintah
yang dikhususkan kepada para ABK tentang pendidikan bagi ABK, membuat ABK
bisa mendapatkan pendidikan dengan layak.Terdapat dua jenis pendidikan untuk
(ABK), yaitu melalui Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah khusus dan sekolah
inklusi. SLB diperuntukkan bagi siswa yang mengalami kelainan tertentu yang
dikelompokkan menurut jenis kecacatannya, yang disebut juga dengan pendidikan
segregasi. Sedangkan sekolah inklusi merupakan sistem pendidikan bagi ABK di
Implementasi Pendidikan Inklusi bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
transkrip data, pembuatan koding, kategorisasi data, penyimpulan sementara,
triangulasi dan penyimpulan akhir. Untuk teknik keabsahan data menggunakan
triangulasi sumber data dan teori.
Implementasi pendidikan inklusi bagi ABK di SMA Negeri 10 Surabaya
dalam pelaksanaannya sesuai dengan Prosedur Operasional Standart (POS) tentang
penyelenggaraan pendidikan inklusi yang diterbitkan oleh Depertemen Pendidikan
Nasional tahun 2007. Selain itu, dalam implementasi pendidikan inklusi, SMA Negeri
10 Surabaya berhasil meluluskan siswa ABK dan kemudian siswa ABK tersebut
diterima dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri, serta memberi
kesempatan kepada siswa ABK untuk berprestasi dengan mengikutsertakan siswa
ABK ke olimpiode sains nasional dan menjadi juara.
Dalam implementasi pendidikan inklusi SMA Negeri 10 Surabaya juga
mengalami kendala-kendala, antara lain kendala dalam kriteria sekolah yaitu
kurangnya informasi dan sosialisasi kepada guru mengenai implementasi pendidikan
inklusi serta banyaknya siswa ABK yang diterima; kendala dalam layanan pendidikan
inklusi yaitu kurang pahaman guru terhadap ABK dan keberagaman siswa; kendala
dalam identifikasi dan assesmen yaitu kebutuhan ABK tergantung dari ABKnya,
ABK yang tidak percaya diri interaksi sosialnya terhambat, dan pelaksanaan ternyata
berbeda dengan perencanaan; kendala dalam kurikulum yaitu belum adanya
kurikulum khusus untuk ABK, metode mengajar sesuai di lapangan; kendala dalam
sistem penilaian yaitu pemberian nilai kepada; kendala dalam pendidik dan tenaga
kependidikan yaitu kurangnya pendamping dan pendamping yang ada tidak sesuai
dengan mata pelajaran; dan kendala dalam sarana-prasarana yaitu kurangnya sarana
dan prasarana yang dimiliki serta kontruksi gedung tidak sesuai dengan ABK.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala adalah upaya dalam kriteria
sekolah yaitu mengikutsertakan guru dalam pelatihan-pelatihan dan mengadakan
sosialisasi kepada seluruh warga sekolah; upaya dalam layanan pendidikan inklusi
yaitu memaksimalkan layanan kepada ABK dan melakukan pendekatan dengan
ABK; upaya dalam identifikasi dan assesmen yaitu membangkitkan semangat dan
memotivasi ABK; upaya dalam kurikulum yaitu menggunakan kurikulum reguler
dengan teknis menyesuaikan ABK; upaya dalam sistem penilaian menurunkan
Standar Ketuntasan Minimu (SKM) untuk ABK; kendala dalam pendidik dan tenaga
kependidikan yaitu memaksimalkan pendamping yang ada dan melibatkan siswa
reguler untuk membantu menjadi pendamping ABK; upaya dalam sarana dan
prasarana yaitu mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada dan ABK membawa
alat-alat sendiri.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa dalam
implementasi pendidikan inklusi di SMA Negeri 10 Surabaya berhasil dan sesuai
dengan prosedur yang berlaku. Hal tersebut dapat dilihat dari prestasi-prestasi yang
dimiliki oleh SMA Negeri 10 Surabaya, baik sebelum ditunjuk oleh pemerintah kota
Surabaya untuk menjadi sekolah inklusi maupun setelah menjadi sekolah inklusi,
yaitu dengan berhasil meluluskan siswa ABK dan diterimanya siswa ABK tersebut di
perguruan tinggi negeri, selain itu SMA Negeri 10 Surabaya juga memberikan kepada
para siswa ABK untuk berprestasi dengan mengikutsertakan ke olimpiode sains
nasional dan berhasil membuat prestasi dengan menjadi juara di olimpiode sains
tersebut. Berbagai macam kendala yang dialami SMA Negeri 10 Surabaya dalam
implementasi pendidikan inklusi bagi ABK dapat diatasi dengan upaya-upaya yang
dilakukan oleh SMA Negeri 10 Surabaya.