dc.description.abstract | HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang
menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan
tubuh manusia. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah
sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan infeksi oleh HIV. Gizi dapat mengurangi penekanan kekebalan tubuh
yang disebabkan oleh HIV pada individu yang terinfeksi. Gizi yang buruk pada
ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat meningkatkan angka penularan dari ibu ke
bayi. Oleh karena itu pemenuhan gizi seimbang pada ibu hamil yang terinfeksi
HIV dapat membantu tubuh menyerang infeksi, mengurangi masalah kelahiran
(berat badan bayi lahir rendah, kematian bayi), membantu khasiat ARV, dan dapat
mengurangi efek samping obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada ibu hamil yang
terinfeksi HIV/AIDS di Kabupaten Jember.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus.Penelitian di mulai
pada tanggal 11 Februari 2019 sampai 1 April 2019 menggunakan pendekatan
studi kasus. Informan utama pada penelitian ini adalah ibu hamil yang terinfeksi
HIV/AIDS yang berda di Kabupaten Jember. Informan tambahan pada penelitian
ini adalah suami (orang terdekat) dan bidan wilayah/penanggung jawab program
gizi. Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive.
Pengambilan data dilakukan menggunakan teknik wawancara mendalam,
dokumentasi dan triangulasi. Penelitian ini disajikan dalam bentuk kalimat serta
uraian menggunakan teknik thematic content analysis.
Hasil penelitan menunjukan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan
terakhir informan adalah SMA. Informan dengan pendidikan terakhir SMA
memiliki pengetahuan lebih tinggi tentang gizi dibandingkan dengan informan yang lulusan SD. Selain itu semua informan juga memiliki sikap yang baik
terhadap pemenuhan kebutuhan gizi pada ibu hamil. Sebagian besar informan
memiliki pengeluaran pangan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran non
pangan antara 60%-83,3% pengeluaran pangan dan 16,7%-40% pengeluaran non
pangan. Semua informan menyatakan bahwa informan telah mengikuti terapi
selama lebih dari 6 bulan dan dikonsumsi secara rutin. Sebanyak 4 informan
menyatakan bahwa efek yang ditimbulkan setelah terapi antiretroviral yaitu mual,
muntah dan nyeri. Sedangkan, sebanyak 2 informan menyatakan tidak mengalami
efek samping setelah terapi antiretroviral. Semua informan tidak mengalami
kesulitan dalam mencari bahan makanan yang dibutuhkan. Sebagian besar
informan membeli bahan makanan di tukang sayur. Sebagian besar informan
kurang mendapatkan dukungan emosional dam penghargaan, dukungan
instrumental dan dukungan informasi dari keluarga. Semua informan utama
mendapatkan dukungan emosional, dukungan penghargaan dan dukungan
instrumental dari petugas kesehatan. Hanya informan 2 yang mendapatkan
makanan tambahan berupa biskuit. 3 informan menyatakan bahwa pernah
mendapatkan informasi tentang gizi dari petugas kesehatan. Sedangkan 3
informan lainnya menyatakan tidak pernah. Semua informan menyatakan pernah
mendapatkan informasi tentang HIV/AIDS. Sebagian besar informan memiliki
tingkat konsumsi energi, vitamin C, kalsium, dan zat besi defisit berat dan hanya
beberapa informan saja yang memiliki tingkat konsumsi energi, vitamin C,
kalsium dan zat besi defisit ringan dan diatas AKG. Pola konsumsi makanan
sumber energi menunjukan bahwa bahan makanan sumber energi yang sering
dikonsumsi adalah beras/nasi putih, gula pasir dan tempe sebanyak masingmasing
6 informan (100%). Bahan makanan sumber vitamin C yang sering
dikonsumsi adalah jeruk manis sebanyak 5 informan (84%). Bahan makanan
sumber kalsium yang paling sering dikonsumsi adalah tahu sebanyak 6 informan
(100%). Bahan makanan sumber zat besi paling sering dikonsumsi adalah tempe
sebanyak 6 informan (100%). Bahan makanan sumber protein yang paling sering
dikonsumsi adalah telur ayam sebanyak 4 informan (67%). | en_US |