dc.description.abstract | Indonesia adalah salah satu negara yang memperlihatkan adanya fenomena
migrasi internasional yakni menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI), namun
sayangnya masih banyak TKI memilih menjadi tenaga kerja non-prosedural atau
ilegal. Alasan atas keputusan tersebut antara lain; masih kurangnya pemahaman
masyarakat tentang prosedur penempatan dan perlindungan TKI, terbatasnya
akses informasi pasar kerja dalam dan luar negeri, maraknya praktek percaloan,
masih kurangnya perhatiaan dari pemerintah sebagai pelaku dan pelaksana
regulasi TKI, dan praktek migrasi jalur „tikus. Akibatnya terjadi pemulangan TKI
(Deportasi), kekerasan oleh majikan, gaji tidak dibayar, hingga perdagangan
orang (human trafficking). Pengkarya akhirnya mengemas fenomena tersebut ke
dalam film fiksi melalui sudut pandang orang tua yang ditinggalkan dirumah,
yakni konsep penyutradaraan Central Character One Point of View.
Central character one point of view adalah sebuah konsep penempatan
sudut pandang film dari satu karakter tokoh utama, yang menyajikan sudut
pandang film dari tokoh utama melalui segala interaksi karakternya.
Mengeksplorasi hubungan karakter utama dengan pemikiran, perasaan, tindakan,
dan lingkungan sosialnya. Pengkarya mengaplikasikan konsep ini dengan
mengkontruksi unsur naratif dan unsur sinematik dalam film sehingga mengacu
terhadap sudut pandang Jumarno.
Unsur naratif dalam cerita film Rawuh pengkarya kontruksi dengan
konsep sudut pandang karakter utama tunggal yakni Jumarno yang mengalami
berbagai masalah dalam naskah. Pola penceritaan dalam film ini adalah linear
dengan lokasi Jember bagian selatan yang mayoritas berbahasa Jawa dan latar
waktu dalam cerita film pada bulan Ramadhan 2018.
Unsur sinematik meliputi mise en scene, sinematografi, suara, dan
editing. Pengkarya mengarahkan suasana atau mood film Rawuh adalah
sociability dan obsessive. Konsep mise en scene meliputi Setting atau latar, dalam
cerita film Rawuh menggunakan lingkungan keluarga desa dan menggunakan
setting sesuai pekerjaan Jumarno, lalu tata cahaya menggunakan cahaya natural
sesuai mood yang dibangun oleh karakter, selanjutnya tata rias dan tata busana
menggunakan identitas kehidupan desa dan karakterial tokoh Jumarno sebagai
makelar sapi, lalu pengadeganan menggunakan pendekatan performa naturalistik, | en_US |