dc.description.abstract | Matematika merupakan bidang ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dalam
mengembangkan bidang ilmu pengetahuan lain. Kebanyakan siswa beranggapan
bahwa matematika sulit untuk dipahami, salah satunya yaitu geometri. Penelitian
yang dilakukan untuk memahami geometri biasanya dibangun berdasarkan tingkat
berpikir geometri van Hiele. Beberapa masalah geometri tertentu memerlukan
proses berpikir geometri. Proses berpikir tersebut dapat dianalisis sehingga siswa
dapat meningkatkan level berpikir dan kemampuannya dalam memecahkan
masalah geometri. Oleh karena itu, masalah dimensi tiga menjadi bidang kajian
geometri yang menarik untuk diteliti dan dikaitkan dengan berpikir siswa SMK
jurusan Teknik Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis berpikir siswa SMK jurusan
DPIB dalam memecahkan masalah dimensi tiga. Analisis berpikir siswa dalam
memecahkan masalah dimensi tiga ini menggunakan langkah-langkah pemecahan
masalah Polya yang dikaitkan dengan deskriptor tingkatan van Hiele.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian
yaitu siswa SMK Negeri 2 Jember kelas XI DPIB 1 dan XI DPIB 2. Penelitian ini
menggunakan metode tes yaitu tes kemampuan berpikir geometri dan tes masalah
geometri siswa serta menggunakan metode wawancara (snowball sampling). Hasil
validasi dari masalah geometri dan pedoman wawancara berturut-turut adalah 2,9
dan 2,85 yang artinya seluruh instrumen dikatakan valid.
Pada langkah memahami masalah, indikator membaca permasalahan yang
diberikan hingga paham dipenuhi oleh siswa level pra visualisasi, visualisasi,
analisis, dan deduksi informal. Indikator mengidentifikasi hal-hal yang diketahui,
ditanyakan, dan syarat-syarat dalam permasalahan dipenuhi oleh siswa level
visualisasi, analisis, dan deduksi informal. Indikator membuat gambar dari
permasalahan dipenuhi oleh siswa level pra visualisasi, visualisasi, analisis, dan
deduksi informal. Indikator memprediksi pengetahuan yang akan digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan mampu dipenuhi oleh siswa level analisis dan
deduksi informal. Langkah kedua yaitu menyusun rencana, indikator menentukan
rencana yang digunakan untuk memecahkan masalah melalui gambar dipenuhi
oleh siswa level visualisasi. Indikator menentukan rencana yang digunakan untuk
memecahkan masalah dengan melibatkan sifat-sifat bangun dipenuhi oleh siswa
level analisis. Indikator menentukan rencana yang digunakan untuk memecahkan
masalah dengan melibatkan pengetahuan yang telah didapatkan dipenuhi oleh
siswa level deduksi informal. Indikator memilih cara atau strategi yang tepat
melibatkan informasi yang diketahui pada permasalahan dipenuhi oleh siswa level
visualisasi, analisis, dan deduksi informal. Langkah melaksanakan rencana,
indikator mengkonstruks strategi penyelesaian masalah dipenuhi oleh siswa level
visualisasi, analisis, dan deduksi informal. Indikator mengerjakan dan
menjelaskan jawaban penyelesaian secara runtut dipenuhi oleh siswa level pra
visualisasi, visualisasi, analisis, dan deduksi informal. Indikator memperoleh hasil
dari tujuan masalah yang diberikan dipenuhi oleh siswa level pra visualisasi,
visualisasi, analisis, dan deduksi informal. Indikator melibatkan pengetahuan yang
didapat sebelumnya dengan tepat dalam menyelesaikan masalah dipenuhi oleh
siswa analisis dan deduksi informal. Pada langkah akhir yaitu memeriksa kembali,
indikator mengoreksi kembali jawaban yang didapatkan dipenuhi oleh siswa level
pra visualisasi, visualisasi, analisis, dan deduksi informal. Indikator menuliskan
dan menjelaskan kesimpulan yang dari permasalahan dengan tepat dipenuhi oleh
siswa deduksi informal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa level pra visualisasi memenuhi
lima dari sembilan indikator pada level visualisasi, siswa level visualisasi dan
siswa analisis memenuhi semua indikator pada masing-masing levelnya,
sedangkan siswa deduksi informal tidak memenuhi satu indikator pada levelnya
yaitu saat langkah melaksanakan rencana. | en_US |