Efek Ekstrak Metanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) Terhadap Lama Waktu Kemunculan Imago Parasitoid Telur Trichogramma japonicum Ashmead (Hymenoptera: Trichogrammatidae)
Abstract
Trichogramma adalah genus dari serangga anggota ordo Hymenoptera yang
bersifat endoparasitoid. Serangga parasitoid ini berperan sebagai agen pengendali
hayati serangga hama pertanian, seperti serangga anggota genus Chilo dan
Scirpophaga. Pada pengelolaan pertanian hijau berbasis lingkungan, program
pengendalian hama dapat dilakukan dengan mengkombinasikan penggunaaan
serangga parasitoid dan insektisida botani. Salah satu tumbuhan yang memiliki
potensi sebagai insektisida botani adalah mahoni (Swietenia mahagoni). Biji
mahoni dilaporkan mengandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid dan
terpenoid yang bersifat toksik terhadap serangga hama. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui daya toksik ekstrak metanol biji mahoni (S. mahagoni)
terhadap parasitoid T. japonicum.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember dan Laboratorium Trichogramma
Pabrik Gula Jatiroto, Lumajang pada bulan Maret sampai September 2019.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode celup ekstrak metanol dalam
9 konsentrasi, yaitu 0%, 0,25%, 0,5%, 1%, 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% yang
diaplikasikan pada T. japonicum instar ketiga dalam telur inang Corcyra
cephalonica. Masing-masing konsentrasi diaplikasikan dalam 50 telur parasitoid
dengan lima kali pengulangan. Pengaruh ekstrak metanol biji mahoni dapat dilihat
pada jumlah kemunculan imago T. japonicum. Data jumlah kemunculan imago
dicatat dari hari pertama sampai hari ketujuh. Analisis jumlah kemunculan imago
menggunakan uji nonparametrik Kruskal-Wallis dan uji lanjutan Mann-Whitney.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa ekstrak metanol biji mahoni
berpengaruh terhadap lama waktu kemunculan imago (eclosion). Semakin tinggi
konsentrasi maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk membentuk imago.
Hasil analisis uji Kruskal-Wallis menunjukan bahwa pemberian ekstrak metanol
biji mahoni sampai pada konsentrasi 8% tidak berbeda nyata terhadap jumlah
kemunculan imago parasitoid. Hal tersebut menunjukan respon negatif T.
japonicum terhadap ekstrak metanol biji mahoni, dilihat dari keberhasilan
pembentukan imago T. japonicum. Hal tersebut diduga kandungan senyawa
metabolit sekunder dalam biji mahoni, yaitu alkaloid dan terpenoid menghalangi
aktivitas hormone ecdyson yang berperan dalam proses molting selama masa
metamorfosis yang mengakibatkan imago T. japonicum muncul secara terlambat.