The Compliance-Based Coffee Growers of Bondowoso on Regent Amin Said Husni in the Culture of Madurese Society
Date
2019-12-01Author
Izzah, Latifatul
Sulistiyono, Singgih Tri
Rochwulaningsih, Yety
Salindri, Dewi
Handayani, Sri Ana
Januar, Jani
Afiah, Neneng
Metadata
Show full item recordAbstract
This study discussed the compliance of the coffee farmers particularly in
Sumberwringin Bondowoso against the figure Amin Said Husni. The
Regent concerns for the fate of the coffee farmers and public welfare in
Bondowoso cannot be inseparable from the religious life of the Regent;
implementing policies based on the principles of the Islamic religion. This
study aimed to answer the question regarding the causes of the emergence
of people’s compliance with coffee farmers to switch the Arabica coffee
plant according to the instructions given by the Regent. This study applied
the habitus concept developed by Pierre Bourdieu and sharpened using the
historical method. The studied population was coffee farmers at district of
Sumberwringin (Sukorejo, Rejoagung and Sumberwringin village). This
study found that the compliance of the coffee farmers could attract people
who originally planted Robusta switched to Arabica coffee as their Regent’s
instruction. The compliance of coffee farming communities (majority of
Madurese) was hierarchical obedience that became a necessity to be
actualized in daily praxis as “normative” binding. The compliance of
produce luck to economic conditions as well as improving the welfare of
coffee farmers, because the selling price of Arabika is higher than the
Robusta coffee.
[Kajian ini membahas tentang kepatuhan para petani kopi Bondowoso
khususnya Kecamatan Sumberwringin terhadap sosok Bupati Amin Said
Husni. Kepedulian Bupati terhadap nasib para petani kopi dan kesejahteraan
masyarakat Bondowoso tidak terlepas dari kehidupan Bupati yang agamis.
Melaksanakan kebijakannya berdasarkan kaidah-kaidah agama Islam.
Kajian ini bertujuan menjawab permasalahan tentang: penyebab munculnya
kepatuhan para petani kopi rakyat untuk beralih menanam kopi Arabika
sesuai instruksi Bupati. Penelitian ini akan dibedah dengan menggunakan
“konsep habitus” yang dikembangkan oleh Pierre Bourdieu serta dipertajam
dengan menggunakan metode historis. Populasi yang dijadikan fokus yaitu
petani kopi rakyat kecamatan Sumberwringin (desa Sukorejo, desa
Rejoagung dan desa Sumberwringin) kabupaten Bondowoso. Dari hasil
penelitian ini didapatkan informasi bahwa kepatuhan petani kopi rakyat
yang semula menanam kopi Robusta dan beralih pada kopi Arabika karena
instruksi Bupati. Kepatuhan masyarakat petani kopi yang mayoritas etnis
Madura merupakan kepatuhan hierarkis yang menjadi keniscayaan untuk
diaktualisasikan dalam praksis keseharian sebagai “aturan normatif” yang
mengikat. Kepatuhan tersebut menghasilkan keberuntungan terhadap
kondisi ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan bagi para petani kopi,
karena harga jual kopi Arabika lebih tinggi dari kopi Robusta.
Collections
- LSP-Jurnal Ilmiah Dosen [7300]