Show simple item record

dc.contributor.advisorGANEFO, Akhmad
dc.contributor.authorSETIAINI, Riska Dwi
dc.date.accessioned2019-11-28T03:47:02Z
dc.date.available2019-11-28T03:47:02Z
dc.date.issued2019-06-28
dc.identifier.nimNIM150910302016
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id//handle/123456789/96457
dc.description.abstractPentingnya penelitian ini dilatarbelakangi oleh terbentuknya sikap hidup konservatif dan konsistensi suku Tengger Wonokitri dalam menjalankan ritual adat dan kebiasaan hidup sesuai ajaran leluhur. Sikap hidup konsisten ini senyatanya juga dipengaruhi oleh adanya peran dukun Pandhita yang diketahui sebagai pemimpin ritual adat, juga sebagai seorang yang memberikan kontrol sosial bagi masyarakatnya. Meski dalam realita hidup suku Tengger Wonokitri dihadapkan oleh adanya pengaruh perkembangan modernitas dan pariwisata. Oleh sebab itu, upaya pelestarian budaya lokal penting untuk dilakukan. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana peran dukun Pandhita dalam kontrol sosial sebagai upaya pelestarian budaya lokal suku Tengger di Desa Wonokitri?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan peran dukun Pandhita dalam kontrol sosial sebagai upaya pelestarian budaya lokal suku Tengger di Desa Wonokitri. Penelitian dilakukan di Desa Wonokitri Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, dan pendekatan etnografi. Teknik yang digunakan untuk menentukan informan yakni teknik snow ball. Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah sumber data primer dan sekunder. Untuk mengkaji fenomena yang ada, penulis menggunakan teori tindakan sosial dan menfokuskannya dengan konsep tindakan tradisional Max Weber. Hasil penelitian menunjukkan, dalam upaya pelestarian budaya lokal dukun Pandhita melakukan penanaman nilai dan pencegahan (preventif). Upaya pencegahan tersebut adalah melalui Ritual Pujan Barian dukun membacakan Mantra Tolak Balak, Ngepras atau bersih desa. Ritual Santi Aji dukun memberikan nasehat dan bimbingan pengetahuan tentang Banten atau Sajen, selain itu bersama dengan kepala desa dan tokoh agama sebagai pemantap tujuan dalam setiap kegiatan masyarakat. Ritual Upacara Jumat Legi, dukun sebagai penghantar do‟a pada leluhur, memberikan bimbingan untuk tetap bertanggung jawab dan mengingat leluhur. Terbentuknya kelompok tani konservasi Edelweiss Hulun Hyang, dukun sebagai pemantap kegiatan, pembinaan setiap satu bulan atau dua bulan bagi masyarakat terkait pelestarian Edelweiss. Peran dukun dalam penghormatan pada bintang, tumbuhan serta Pelinggih adalah pembaca mantra-mantra ritual Cokbakali untuk menentukan tempat yang tempat, dan melalui Dharmawacana memberi pesan untuk berpedoman pada Tri Hita Karana. Selain itu terdapat upaya pengendalian sosial secara represif, berupa penanaman nilai budaya untuk memegang teguh adanya hukum Karma Pala berasal dari Sang Hyang Widhi, peran dukun dalam hal ini adalah melakukan Upakara Pras. Sedangkan dalam menghadapi penyimpangan berat yang berlaku adalah hukum formal, dalam hal ini dukun Pandhita berperan sebagai mediator. Dukun juga memiliki kewenangan tertentu dalam pemantap keputusan, aturan, maupun denda sosial bagi pelanggar berat aturan adat yang ada.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politiken_US
dc.subjectDukun Pandhitaen_US
dc.subjectPelestarian Budaya Lokalen_US
dc.subjectSuku Tenggeren_US
dc.subjectTindakan Tradisionalen_US
dc.titleDukun Pandhita Dan Pelestarian Budaya Lokal (Studi Tentang Suku Tengger Di Desa Wonokitri)en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.prodiSOSIOLOGI
dc.identifier.kodeprodi0910301


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record