Analisis Proses Berpikir Reflektif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Fungsi Berdasarkan kemampuan Matematika
Abstract
Berpikir reflektif merupakan salah satu kegiatan berpikir yang sangat
penting. Mengingat akan pentingnya kemampuan berpikir reflektif, seharusnya
kemampuan tersebut dimiliki oleh setiap siswa, akan tetapi pada kenyataannya
masih ditemukan beberapa siswa yang tidak mampu menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi, sedangkan masalah tersebut sudah pernah diterima sebelumnya.
Oleh karena itu, diadakan penelitian mengenai proses berpikir reflektif untuk
mengetahui seajuh mana proses berpikir reflektif siswa dalam menyelesaikan
masalah.
Penelitian tentang proses berpikir reflektif siswa dilakukan di SMPN 1
Jember dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-A yang berjumlah 5
siswa dan telah dikategorikan berdasarkan tingkat kemampuan matematika, yaitu
tinggi, sedang, dan rendah. Metode yang digunakan adalah tes dan wawancara.
Instrumen yang dibuat adalah lembar soal tes kemampuan matematika, lembar
soal tes berpikir reflektif, dan pedoman wawancara. Berdasarkan hasil analisis
data validasi soal tes kemampuan matematika, soal tes berpikir reflektif, dan
pedoman wawancara, diperoleh nilai rerata total semua aspek (Va) untuk soal tes
kemampuan matematika adalah 2,83, untuk soal tes berpikir reflektif adalah 2,78
dan untuk pedoman wawancara adalah 2,7. Berdasarkan hasil analisis data
validasi instrumen tersebut masuk kedalam kategori valid.
Hasil penelitian yang diperoleh, dari semua subjek tersebut memiliki
kategori berpikir reflektif yang berbeda-beda. Siswa yang berkemampuan
matematika tinggi keduanya berada pada kategori berpikir reflektif produktif,
yaitu pada fase reacting siswa mampu memenuhi menjelaskan apa yang diketahui
mampu memahami apa yang ditanyakan, dan mampu menjelaskan hubungan
antara yang diketahui dengan yang ditanyakan. Pada fase comparing siswa
mampu menghubungkan masalah yang ditanyakan dengan masalah yang pernah
diterima sebelumnya, dan mampu menyusun rencana penyelesaian masalah fungsi
berdasarkan pengalaman atau konsep matematika yang telah dimiliki. Pada fase
Contemplating mampu menyelesaikan permasalahan fungsi menggunakan strategi
yang telah disusun, dan mampu membuat kesimpulan.
Siswa yang berkemampuan matematika sedang berada pada tingkat
berpikir refektif konektif, yaitu pada fase reacting siswa mampu memenuhi
menyebutkan apa yang diketahui, mampu menyebutkan apa yang ditanyakan dan
mampu menjelaskan hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan.
Pada fase comparing siswa mampu menghubungkan masalah yang ditanyakan
dengan masalah yang pernah diterima sebelumnya dan mampu menyusun rencana
untuk menyelesaikan masalah fungsi berdasarkan pengalaman atau konsep
matematika yang telah dimiliki pada setiap butir soal. Pada fase contemplating,
untuk bagian soal tertentu siswa tidak mampu menyelesaikan masalah dan tidak
mampu membuat kesimpulan, akan tetapi pada bagian soal yang lain siswa
mampu memnyelesaikan masalah dan mampu membuat kesimpulan.
Siswa yang berkemampuan matematika rendah, 1 siswa berada pada
kategori berpikir reflektif konektif, dan 1 siswa lain berada pada kategori berpikir
reflektif klarifikatif. Siswa yang berada pada kategori berpikir reflektif konektif
mampu memenuhi indikator sebagaimana siswa berkemampuan matematika
sedang, sedangkan siswa yang berada pada kategori berpikir reflektif klarifikatif
hanya mampu melalui fase reacting yaitu mampu menyebutkan apa yang
diketahui dan mampu menyebutkan apa yang ditanyakan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, siswa dengan
kategori berpikir reflektif produktif mampu melalui 3 fase yaitu fase reacting,
fase comparing, dan fase contemplating. Siswa pada kategori berpikir reflektif
konektif pada soal tertentu mampu melalui fase reacting, comparing, dan
contemplating, akan tetapi pada soal yang lain hanya memenuhi 2 fase yaitu
reacting dan comparing. Siswa pada kategori berpikir reflektif klarifikatif hanya
melalui 1 fase yaitu fase reacting.