dc.description.abstract | Era otonomi mengakibatkan terjadinya persoalan bagi sekolah dalam menjamin anggaran sekolah, sumber daya manusia yang bermutu, dan ketersediaan sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan manajemen sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan ilustrasi kepada manajemen sekolah tentang pembebanan biaya operasional sekolah yang berkaitan dengan penentuan biaya satuan per siswa menggunakan metode yang selama ini diterapkan sekolah dan metode Activity Based Costing System (ABCS) untuk mengetahui prosedur perhitungan, perbedaan, kelemahan, serta kelebihan masing-masing metode.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya satuan per siswa dengan perhitungan menggunakan metode sekolah sebesar Rp 315.705,93 per bulan untuk semua siswa, sedangkan dengan metode Activity Based Costing System (ABCS) yakni untuk Paket keahlian Adm. Perkantoran kelas X sebesar Rp 326.335,12, Kelas XI sebesar Rp 306.859,54, dan kelas XII sebesar Rp 239.314,96 serta untuk paket keahlian Akuntansi kelas kelas X sebesar Rp 309.578,01, Kelas XI sebesar Rp 300.882,41, dan kelas XII sebesar Rp 231.604,90.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa SMK (SMEA) Taman Siswa 1 Probolinggo dianggap sesuai dalam menghitung besarnya biaya satuan per siswa sehingga kebutuhan masih dapat terkendali, namun dengan menggunakan model ABCS maka sekolah dapat menelusuri biaya pada aktivitas yang dilakukan antar tingkat dan paket keahlian yang harus diidentifikasi sesuai konsumsinya masing-masing sehingga biaya yang dibebankan per tingkat dan paket keahlian berbeda serta sekolah dapat merencanakan anggaran secara tepat, terperinci, dan terprogram. | en_US |