Show simple item record

dc.contributor.authorYunitasari, Indah
dc.date.accessioned2019-10-24T00:32:37Z
dc.date.available2019-10-24T00:32:37Z
dc.date.issued2019-07-11
dc.identifier.nim151810401015
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/93617
dc.description.abstractSetiap individu mempunyai sidik jari sebagai identitas diri yang terbentuk sejak janin dalam kandungan berusia 13 minggu sampai 24 minggu dan tetap dipertahankan seumur hidup serta berbeda pada setiap individu. Perbedaan ini dapat dilihat dari pola dan jumlah sulur ujung jari yang dapat mengungkap kelainan. Kelainan yang dapat diungkap melalui sidik jari dapat disebabkan oleh mutasi gen atau aberasi kromosom. Salah satu kelainan akibat aberasi kromosom adalah sindrom down. Kelainan ini terjadi akibat adanya penambahan jumlah kromosom tubuh pada nomor 21 sehingga berjumlah tiga. Penambahan ini dapat mempengaruhi pola sidik jari dan jumlah sulur ujung jari serta ciri fisik pada penderita sindrom down. Ciri fisik dapat digunakan sebagai diagnosa awal untuk membandingkan penderita sindrom down dengan orang normal. Ciri fisik yang dapat dibandingkan dengan orang normal adalah mata, hidung, mulut, ujung lidah, postur tubuh, telapak tangan, jari tangan dan jari kaki. Selanjutnya untuk memastikan dugaan terhadap siswa dilakukan pemeriksaan pola dan jumlah sulur ujung jari tangan. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa SLB (Sekolah Luar Biasa) Kota Jember yang meliputi; SLB Negeri Jember, SLB Negeri Branjangan, SLB YPAC Kaliwates, SLB Star Kids dan SLB C Sumbersari. Pemeriksaan ciri fisik yang dilakukan dengan melihat keadaan mata, hidung, mulut, ujung lidah, postur tubuh, telapak tangan, jari tangan dan jari kaki selanjutnya dideskripsikan dan difoto. Parameter hidung, mulut dan jari dilakukan dianalisis menggunakan uji wilcoxon. Selanjutnya, untuk perekaman sidik jari dilakukan dengan menempelkan jari kedua tangan pada bantalan tinta kemudian ditempelkan pada kertas HVS. Gambar yang terbentuk diamati pola sidik jari dan dihitung jumlah sulur dari titik triradius sampai titik pusat (core) serta dianalisis menggunakan Independent Sampel T-test. Penelusuran keluarga dilakukan dengan mewawancarai anggota keluarga terhadap latar belakang siswa yang diduga penderita sindrom down. Hasil penelitian didapat karakter fisik orang normal dan penderita sindrom down mempunyai perbedaan. Karakter mata siswa cenderung sipit, membujur keatas dan terdapat lipatan mata (epikantus) pada sudut mata dekat hidung. Hidung pada siswa adalah pesek dan membesar, mulut yang kecil dengan ujung lidah yang tumpul. Tinggi badan siswa tertinggi adalah 150 cm dan terendah adalah 109 cm. Telapak tangan siswa terdapat garis simian dengan jari tangan yang pendek dan jari kelingking yang bengkok, serta jari kaki I (ibu jari) dan II mempunyai jarak. Analisis Wilcoxon didapatkan bahwa pada parameter hidung, mulut dan jari mempunyai perbedaan yang nyata dengan orang normal. Hasil perhitungan sulur ujung jari tangan pada siswa di lima sekolah SLB Kota Jember didapatkan rata-rata 145,59 sulur (ridges) yang terdiri dari 75 sulur ujung jari tangan kanan dan 70,59 sulur pada ujung tangan kiri. Selanjutnya hasil analisis Independen Sampel T-Test bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah sulur orang normal dengan sindrom down. Presentase pola tertinggi pada penelitian ini adalah loop ulnar yaitu 75,83%. Selain itu hasil penelusuran latar belakang delapan keluarga siswa memberikan data 50% mengandung usia 35-47 tahun dan 50% diusia 25-30 tahun.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Matematika Dan Ilmu Pengeahuan Alam Universitas Jemberen_US
dc.subjectPola Sidik Jari Tanganen_US
dc.subjectPenderita Sindrom Downen_US
dc.titlePola Sidik Jari Tangan Dan Ciri Fisik Penderita Sindrom down Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Jemberen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record