Pola Sidik Jari Tangan Dan Ciri Fisik Penderita Sindrom down Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Jember
Abstract
Setiap individu mempunyai sidik jari sebagai identitas diri yang terbentuk
sejak janin dalam kandungan berusia 13 minggu sampai 24 minggu dan tetap
dipertahankan seumur hidup serta berbeda pada setiap individu. Perbedaan ini
dapat dilihat dari pola dan jumlah sulur ujung jari yang dapat mengungkap
kelainan. Kelainan yang dapat diungkap melalui sidik jari dapat disebabkan oleh
mutasi gen atau aberasi kromosom. Salah satu kelainan akibat aberasi kromosom
adalah sindrom down. Kelainan ini terjadi akibat adanya penambahan jumlah
kromosom tubuh pada nomor 21 sehingga berjumlah tiga. Penambahan ini dapat
mempengaruhi pola sidik jari dan jumlah sulur ujung jari serta ciri fisik pada
penderita sindrom down. Ciri fisik dapat digunakan sebagai diagnosa awal untuk
membandingkan penderita sindrom down dengan orang normal. Ciri fisik yang
dapat dibandingkan dengan orang normal adalah mata, hidung, mulut, ujung lidah,
postur tubuh, telapak tangan, jari tangan dan jari kaki. Selanjutnya untuk
memastikan dugaan terhadap siswa dilakukan pemeriksaan pola dan jumlah sulur
ujung jari tangan.
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa SLB (Sekolah Luar Biasa) Kota
Jember yang meliputi; SLB Negeri Jember, SLB Negeri Branjangan, SLB YPAC
Kaliwates, SLB Star Kids dan SLB C Sumbersari. Pemeriksaan ciri fisik yang
dilakukan dengan melihat keadaan mata, hidung, mulut, ujung lidah, postur tubuh,
telapak tangan, jari tangan dan jari kaki selanjutnya dideskripsikan dan difoto.
Parameter hidung, mulut dan jari dilakukan dianalisis menggunakan uji wilcoxon.
Selanjutnya, untuk perekaman sidik jari dilakukan dengan menempelkan jari
kedua tangan pada bantalan tinta kemudian ditempelkan pada kertas HVS.
Gambar yang terbentuk diamati pola sidik jari dan dihitung jumlah sulur dari titik
triradius sampai titik pusat (core) serta dianalisis menggunakan Independent
Sampel T-test. Penelusuran keluarga dilakukan dengan mewawancarai anggota
keluarga terhadap latar belakang siswa yang diduga penderita sindrom down.
Hasil penelitian didapat karakter fisik orang normal dan penderita sindrom
down mempunyai perbedaan. Karakter mata siswa cenderung sipit, membujur
keatas dan terdapat lipatan mata (epikantus) pada sudut mata dekat hidung.
Hidung pada siswa adalah pesek dan membesar, mulut yang kecil dengan ujung
lidah yang tumpul. Tinggi badan siswa tertinggi adalah 150 cm dan terendah
adalah 109 cm. Telapak tangan siswa terdapat garis simian dengan jari tangan
yang pendek dan jari kelingking yang bengkok, serta jari kaki I (ibu jari) dan II
mempunyai jarak. Analisis Wilcoxon didapatkan bahwa pada parameter hidung,
mulut dan jari mempunyai perbedaan yang nyata dengan orang normal. Hasil
perhitungan sulur ujung jari tangan pada siswa di lima sekolah SLB Kota Jember
didapatkan rata-rata 145,59 sulur (ridges) yang terdiri dari 75 sulur ujung jari
tangan kanan dan 70,59 sulur pada ujung tangan kiri. Selanjutnya hasil analisis
Independen Sampel T-Test bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
jumlah sulur orang normal dengan sindrom down. Presentase pola tertinggi pada
penelitian ini adalah loop ulnar yaitu 75,83%. Selain itu hasil penelusuran latar
belakang delapan keluarga siswa memberikan data 50% mengandung usia 35-47
tahun dan 50% diusia 25-30 tahun.