dc.description.abstract | Programme for International Student Assessment (PISA) merupakan sistem
ujian yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Cooperation and
Development (OECD), untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara di
seluruh dunia. Setiap 3 tahun, siswa berusia 15 tahun dipilih secara acak untuk
mengikuti tes dari tiga kompetensi dasar yaitu membaca, matematika dan sains.
PISA bertujuan untuk menilai sejauh mana siswa telah menguasai pengetahuan dan
keterampilan yang telah didapatkannya di sekolah. Soal matematika PISA pada
penelitian ini hanya terfokus pada konten space & shape yakni berkaitan dengan
pokok pelajaran geometri. Adapun format soal PISA yang digunakan dalam
penelitian ini yakni open-constructed response items (soal uraian). Berdasarkan
hasil tes PISA tahun 2015 terdapat korelasi antara hasil tes PISA dengan hasil UN
(Ujian Nasional) yaitu semakin tinggi capaian nilai PISA maka secara signifikan
akan semakin tinggi pula hasil UN (Ujian Nasional) yang diperoleh
(https://puspendik.kemdikbud.go.id/seminar/upload/Hasil%20Seminar%20Puspen
dik%202016/Nizam-Hasil%20Penilaian_seminar%20puspendik%202016.pdf).
Analisis berpikir kreatif adalah proses berpikir siswa dalam
mengidentifikasi, mengelompokkan, memerinci informasi yang didapatkan untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dengan memberikan berbagai macam
kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan
pada keragaman jumlah dan kesesuaian jawaban pada soal. Indikator berpikir
kreatif yang diamati dalam penelitian ini yaitu kefasihan (fluency), keluwesan
(flexibility) dan kebaruan (originality). Langkah pemecahan masalah matematika pada penelitian ini adalah “(1)
memahami masalah, (2) membuat rencana, (3) melaksanakan rencana, (4)
memeriksa kembali”. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Pada penelitian ini peneliti mendeskripsikan (menggambarkan) proses berpikir
kreatif berdasarkan aspek berpikir kreatif secara kualitatif dan berdasarkan data
kualitatif. Subjek penelitian dipilih 3 sekolah dan masing-masing sekolah terdapat
2 siswa kelas 9 yaitu SMP Negeri 1 Banyuwangi sebanyak 2 siswa kelas IX-D atas
nama Jessica Aurelia Wahyu D. (S-1) dan Naura Meidia Rahmayanti (S-3), SMP
Negeri 1 Giri sebanyak 2 siswa kelas IX-A atas nama Zahra Dwi Arofah (S-4) dan
Putra Dwi Sumarsono (S-5), dan SMP Negeri 1 Rogojampi sebanyak 2 siswa kelas
IX-C atas nama Alfiatur Rohma (S-2) dan Ayu Lia Rahma (S-6). Dasar pemilihan
subjek penelitiannya yaitu siswa yang mempunyai kemampuan tinggi (S-1) dan
sedang (S-3) di SMP Negeri 1 Banyuwangi, sedang (S-4) dan rendah (S-5) di SMP
Negeri 1 Giri, dan tinggi (S-2) dan rendah (S-6) di SMP Negeri 1 Rogojampi. Siswa
yang memiliki kemampuan berbeda tersebut didapatkan melalui lembar jawaban
tes PISA, mendiskusikan dengan guru matematika dan mampu
mengkomunikasikan pikirannya secara lisan dan tulisan. Selanjutnya dilakukan
wawancara terhadap subjek penelitian tersebut.
Menurut Siswono (2006) tingkat berpikir kreatif ini menekankan pada
pemikiran divergen dengan urutan tertinggi (aspek yang paling penting) adalah
kebaruan, kemudian fleksibilitas dan yang terendah adalah kefasihan. Kebaruan
ditempatkan pada posisi tertinggi karena merupakan ciri utama dalam menilai suatu
produk pemikiran kreatif, yaitu harus berbeda dengan sebelumnya dan sesuai
dengan permintaan tugas Fleksibilitas ditempatkan sebagai posisi penting
berikutnya karena menunjukkan pada produktivitas ide (banyaknya ide-ide) yang
digunakan untuk menyelesaikan suatu tugas. Kefasihan lebih menunjukkan pada
kelancaran siswa memproduksi ide yang berbeda dan sesuai permintaan tugas. | en_US |