Analisis Profil Protein Tulang Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Sebelum dan Sesudah Dimasak Menggunakan Metode SDS-PAGE
Abstract
Ikan nila merupakan ikan yang memiliki tingkat pertumbuhan cepat, mudah
dibudidayakan, mudah didapat dan mudah dikonsumsi karena tidak terdapat duriduri halus. Permintaan konsumsi dan jumlah produksi ikan nila di Indonesia yang
terus meningkat, berakibat pada banyaknya jumlah limbah yang dihasilkan. Salah
satu limbah yang berpotensi memiliki manfaat dalam bidang kedokteran gigi
adalah tulang ikan, akan tetapi penelitian ilmiah terhadap protein tulang ikan
belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil protein
yang terdapat pada tulang ikan nila sebelum dan sesudah dimasak.
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik. Tulang ikan
nila dibagi menjadi 2 bagian yaitu tulang ikan nila sebelum dimasak dan sesudah
dimasak. Tahapan pertama yang dilakukan yaitu proses pembuatan ekstrak
tulang ikan nila sebelum dan sesudah dimasak. Kemudian dilanjutkan dengan
melakukan elektroforesis menggunakan SDS-PAGE dengan arus listrik 50-95 V.
Proses ini dihentikan setelah warna biru mencapai dasar gel kurang lebih tiga
sampai 5 jam. Protein yang terpisah diwarnai dengan Coomassie Briliant Blue
dan dilakukan pencucian dengan aquades sampai pita protein terlihat dengan
jelas. Analisis profil protein menggunakan metode SDS-PAGE (Sodium Dedosil
Sulfat Poly Acrylamide Gel) dengan parameter profil protein berupa berat
molekul, jumlah fraksi protein dan intensitas fraksi protein.
Hasil dari penelitian ini adalah profil protein hasil SDS-PAGE yang
teridentifikasi pada tulang ikan nila sebelum dimasak terdapat 10 fraksi protein,
yaitu 183 kDa, 121 kDa, 83 kDa, 46 kDa, 44 kDa, 40 kDa, 38 kDa, 30 kDa, 21
kDa dan 8 kDa, sedangkan pada tulang ikan nila sesudah dimasak didapatkan 8
fraksi protein, yaitu 183 kDa, 121 kDa, 83 kDa, 46 kDa, 38 kDa, 21 kDa, dan 8
kDa. Tulang ikan nila sesudah dimasak mempunyai pita protein lebih banyak berada di bawah dengan berat molekul lebih kecil sedangkan pada tulang ikan nila
sebelum dimasak pita protein terlihat di bagian atas dengan berat molekul lebih
besar. Hal ini menunjukkan bahwa proses pemanasan menyebabkan terjadinya
kerusakan ikatan sekunder dan tersier protein akibat terpecahnya ikatan hidrogen,
interaksi hidrofobik atau ikatan disulfida yang disebut denaturasi protein. Setiap
fraksi protein memiliki besar intensitas fraksi yang berbeda-beda dan berbanding
lurus dengan kadar protein. Fraksi protein terbesar pada tulang ikan nila sebelum
dimasak sebesar 6598 pixel pada BM 121 kDa dan fraksi protein pada tulang ikan
nila sesudah dimasak terbesar adalah sebesar 4118 pixel pada BM 38 kDa.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]