Show simple item record

dc.contributor.advisorUMAMAH, Nurul
dc.contributor.authorPREIMAWATI, Novikha Wahyu
dc.date.accessioned2019-05-14T01:57:43Z
dc.date.available2019-05-14T01:57:43Z
dc.date.issued2019-05-14
dc.identifier.nimNIM140210302071
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/90867
dc.description.abstractLatar belakang pemilihan masalah adalah kurangnya tingkat kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sejarah. Bahan ajar yang digunakan kurang memfasilitasi peserta didik dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Kekurangan atas materi pembelajaran mereka cari melalui Internet. Pengembangan modul berbasis Problem Based Learning dapat menjadi salah satu referensi untuk memperkaya bahan ajar dalam pembelajaran sejarah di sekolah. Selain itu, modul berbasis Problem Based Learning dapat membantu siswa dalam proses pemecahan masalah secara mandiri ataupun kelompok melalui langkah-langkah metode Problem Based Learning. Permasalahan yang diajukan yaitu (1) Bagaimanakah hasil validasi ahli terhadap modul berbasis Problem Based Learning pada mata pelajaran sejarah Indonesia kelas XI SMA dengan model 4D ? (2) Apakah modul berbasis Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas XI SMA ? Tujuan penelitian pengembangan adalah pertama, untuk menghasilkan produk berupa modul berbasis Problem Based Learning pada mata pelajaran sejarah Indonesia kelas XI SMA dengan model 4D bahasan “Strategi dan Bentuk Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan dari Ancaman Sekutu dan Belanda” yang tervalidasi dan layak. Kedua, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik menggunakan modul berbasis Problem Based Learning. Model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan 4D. Tahapan dalam model pengembangan ini yaitu define (pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), disseminate (penyebaran). Pertama, pada tahap define terdapat lima langkah yaitu fornt-end analysis (analisis ujung depan), learner analysis (analisis peserta didik), concept analysis (analisis konsep), task analysis (analisis tugas) dan specifying instructional objectives (perumusan tujuan pembelajaran). Kedua, tahap design, terdapat empat langkah yaitu (1) criterion test construction (penyusunan tes), (2) media selection (pemilihan media), (3) format selection (pemilihan format), dan yang terakhir (4) initial design (rancangan awal). Ketiga, pada tahap develop terdiri dari expert appraisal (validasi ahli) dan development testing (uji coba pengembangan).. Pada tahap kelima, disseminate yang terdiri dari (1) validation testing (2) packaging dan terakhir (3) diffusion dan adaption. Hasil yang diperoleh melalui expert appraisal (validasi ahli) dan development testing (uji coba pengembangan) adalah yang pertama, expert appraisal (validasi ahli) diperoleh hasil validasi melalui ahli isi bidang studi, ahli desain pembelajaran, dan ahli bahasa. Hasil ahli isi bidang studi memperoleh hasil persentase sebesar 75,29% dengan kriteria kelayakan “baik”. Untuk hasil validasi ahli desain pembelajaran memperoleh hasil presentase sebesar 93,33% dengan kriteria kelayakan “sangat baik”. Sedangkan untuk hasil validasi ahli bahasa memperoleh hasil persentase sebesar 90% dengan kriteria kelayakan “sangat baik”. Kedua, development testing (uji coba pengembangan) dilakukan dengan melakukan uji pengguna, uji kelompok kecil, dan uji kelompok besar. Pada uji pengguna didapatkan hasil persentase sebesar 93,75% dengan kriteria kelayakan “sangat baik”. Uji coba kelompok kecil juga melibatkan 12 peserta didik menunjukkan hasil bahwa nilai rata-rata pre test sebesar 50,83 (Std. Deviasi=13,28) dan post test sebesar 83,75 (Std. Deviasi=5,69). Nilai rata-rata post test lebih besar dibanding nilai pre test pada subyek kelompok kecil. Dengan demikian, dapat disimpulkan terjadi peningkatan nilai pengetahuan peserta didik setelah menggunakan modul berbasisi Problem Based Learning. Pada uji kelompok besar yang melibatkan 25 peserta didik menunjukkan hasil bahwa nilai rata-rata pre test sebesar 47,8 (Std. Deviasi=7,23) dan post test sebesar 80,8 (Std. Deviasi=4,25). Nilai rata-rata post test lebih besar dibanding nilai pre test pada subyek kelompok besar. Melalui persentase pada uji coba kelompok kecil dan besar dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik antara sebelum dan sesudah menggunakan modul berbasis Problem Based Learning. Disimpulkan bahwa produk modul berbasis Problem Based Learning yang dikembangkan dan telah tervalidasi memperoleh hasil yang baik. Mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada mata pelajaran sejarah. Maka, pengembangan modul berbasis Problem Based Learning pada mata pelajaran sejarah Indonesia kelas XI SMA dengan model 4D mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Saran pemanfaatan modul berbasis Problem Based Learning adalah pendidik diharapkan mampu menjadi fasilitator yang baik dalam mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan dan hendaknya pendidik mampu mengkondisikan kelas pada saat melakukan kegiatan pembelajaran agar lebih efektif. Kelebihan modul berbasis Problem Based learning yaitu modul berbasis Problem Based Learning didesain sedemikian rupa berdasarkan tuntutan kompetensi yang harus dipenuhi oleh peserta didik dalam kurikulum 2013, desain yang menarik dan memusatkan perhatian peserta didik, serta dapat membantu peserta didik dalam proses pemecahan masalah yang dihadapi.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries140210302071;
dc.subjectPengembangan Modulen_US
dc.subjectProblem Based Learningen_US
dc.titlePengembangan Modul Berbasis Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas XI SMA dengan Model 4Den_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record